Takeru, Bram dan Bima melakukan meeting di apartemen Bima. Bima tak bisa meninggalkan Kiran sendirian namun membawa Kiran pergipun sepertinya tak mungkin karena kondisi Kiran yang masih tampak shock berat.
Takeru gusar melihat Kiran duduk memeluk tubuhnya diatas meja di kamar menatap keluar melalui jendela kamar apartemennya. Takeru masuk ke kamar untuk mendekati Kiran.
"Kamu kenapa sweetheart?" tanya Takeru.
Kiran menatap wajah Takeru dengan tatapan sendu lalu memeluk tubuh Takeru dan menangis di pelukannya.
"Arka mati uncle. Pasti Mamoru melakukannya," kata Kiran sesaat setelah tangisnya reda.
Takeru yang sangat mengenal Kiran ikut terenyuh.
"Belum tentu Kiran. Kita tunggu sampai penyelidikan polisi ya," \kata Takeru.
"Bagaimana kalo memang Mamoru yang melakukannya uncle. Apa yang harus kita lakukan?" tanya Kiran.
"Uncle dan Masmu akan melakukan apapun untuk melindungi keluarga kita. Kamu tidak perlu khawatir, ehm. Uncle akan disini bersamamu jadi tidak perlu khawatir." Kata Takeru menenangkan Kiran.
Kiran memeluk Takeru dalam dalam, Takeru membalas pelukan keponakannya dengan tatapan menerawang jauh ke angkasa.
Bima melihat kemesraan paman dan keponakan dengan senyuman yang sangat indah. Bima bersyukur kehadiran Takeru membuat Kiran bisa melepas perasaan sedihnya. Kini pikirannya di baying-bayangi tentang keingintahuannya tentang kematian Arka.
***
Takeru berada di dalam sebuah cafe bersama Bram. Takeru menatap Bram tajam.
"Lakukan penyelidikan secara rahasia kalo pelakunya mengarah pada Mamoru, maka lakukan perintah Uncle," kata Takeru.
Bram mengernyitkan dahi tak paham dengan maksud Takeru.
"Tutup kasus kematian Arka dan buat laporan palsu serta buang semua bukti buktinya," kata Takeru memerintah.
"Tapi kenapa uncle?" tanya Bram penasaran.
"Sudah saatnya kamu tahu sebuah rahasia keluarga kita,"kata Takeru.
Takeru menceritakan sebuah rahasia yang sukses membuat Bram membelalakkan kedua matanya dan meremas rambutnya.
"Aku akan lakukan, Uncle," kata Bram mengerti dengan situasi sangat sulit dihadapi keluarganya.
***
Seorang pria tampan mengenakan setelan mahal keluar dari mobil sedan mewahnya, Ia berjalan menuju lift yang berada di dekat mobilnya di parkirkan. Pria tampan, berwajah tegas dan bermata kelam masuk ke dalam lift lalu menekan angka 20. Wajahnya tenang namun di balik ketenangannya ada kemarahan yang terlihat di balik sorot matanya. Pintu lift terbuka, pria tampan itu berjalan keluar dengan begitu tenang lalu menuju pintu apartemen dan menekan tombol tertentu dan tak lama kemudian pintu terbuka.
Kiran tersenyum saat melihat pintu terbuka namun saat mengetahui yang masuk bukan Bima melainkan pria asing, tubuh Kiran menegang dengan wajah memucat dan dua matanya memancarkan sorot ketakutan.
"Si. Si. Siapa anda?" tanya Kiran terbata-bata.
Pria tampan itu tertegun dan mengangkat satu alisnya melihat seorang wanita imut dan lucu berada di apartemennya.
"Kamu siapa. Ini apartemenku," jawab pria tampan itu dengan suara dalam dan tenang.
Kedua kaki Kiran mundur dan kedua matanya bergerak-gerak dengan airmata mulai merebak. Nafas Kiran mulai tersengal-sengal karena Kiran kembali di serang oleh rasa panik berlebihan. Pria tampan itu maju selangkah membuat hati Kiran semakin menciut, kedua kaki mungilnya bergerak ke samping berusaha untuk mendekati pintu. Pria tampan itu tersenyum, ia hanya ingin menggoda Kiran namun melihat ekspresi wajah Kiran yang ketakutan justru membuatnya semakin senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY HUSBAND
RomantizmBagi Bima, cinta tidak butuh alasan. Karena cinta pula, ia mengesampingkan segala keanehan Kiran dan mempersuntingnya. Namun siapa sangka, keanehan sang istri menyimpan sebuah kisah yang sangat kelam dan mengerikan. Seperti bawang, Bima harus mengu...