[ 13 ] Kecewa

3.5K 171 64
                                    

Hanna menendang batu kecil sambil berjalan menuju rumahnya. Setelah menyuruh Alvin menurunkannya di depan Mini Market, Hanna memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki.

"Cowok gak jelas! Marah-marah gak jelas!" Umpat Hanna. "Sok perhatian lagi! Aaghh dasar cowok gaje!" Hanna memukul jaket Rangga, membayangkan bahwa itu adalah si pemiliknya.

Hanna membuka gerbang rumahnya, seketika kemarahannya kepada Rangga teralihkan dengan adanya mobil seseorang yang sangat Hanna kenal.

"Perang lagi deh gue!" Gumam Hanna.

Hanna memasuki rumahnya lewat samping, berharap tidak akan bertemu dengan ayahnya. Setelah menyimpan sepatu, Hanna bergegas ingin memasuki kamarnya, tapi langkahnya terhenti saat sebuah suara milik ayah Hanna menghentikannya.

"Hanna, masuk rumah itu salam dulu" Ucap ayahnya memperingati.

"Assalamualaikum" ucap Hanna lalu ingin berlalu.

"Ikut ayah, ada yang ingin ayah bicarakan sama kamu"

Hanna menghela nafas panjang, lalu dengan malas mengikuti ayahnya untuk duduk di ruang tamu.

"Bukannya sibuk?" Tanya Hanna saat sudah duduk berjauhan dengan ayahnya.

Ayah Hanna--Dimas, memejamkan lalu membuka matanya. Melihat anak perempuannya yang tidak mau memanggilnya dengan sebutan ayah lagi, bahkan tidak mau duduk berdekatan dengannya lagi.

"Iya ayah agak sibuk sama urusan kantor, tapi aya--"

"Bukannya sibuk sama selingkuhan ya?" Tanya Hanna memotong ucapan ayahnya.

"Hanna! Jaga ucapan kamu! Dia sekarang ibu kamu!" Dimas menaikkan nada bicaranya.

"Hah? Ibu? Hahaha! Lucu banget sumpah!"

"Hanna!" Tegur ayahnya.

"Apa? Ibu? Hahahaha perusak rumah tangga orang itu ibu?" Tanya Hanna dan bangkit dari duduknya.

"Dia itu cuma wanita gak tau malu!" Hanna berdiri di depan ayahnya yang membuat ayahnya juga ikut berdiri.

"Hanna! Jaga ucapan kamu! Bagaimanapun juga dia itu sekarang ibu kamu, dia pengganti bunda kamu. Dia sayang sama kamu!" Ucap Dimas tegas.

"Alah bullshit! dia itu perusak! Perusak rumah tangga orang! dasar wanita jalang!"

Plaak

Satu tamparan keras mendarat di pipi Hanna, membuat Hanna mundur beberapa langkah kebelakang. Pipinya merah dan terasa perih. Sementara hatinya bagai di sayat-sayat oleh sebilah pedang tajam.

Sementara Dimas terkejut atas perbuatannya sendiri, tangan kanan yang dipergunakannya untuk menampar anaknya gemetar hebat.

Hanna menunduk, ingin menangis tapi dia tau bahwa dia harus lebih kuat jika di depan Dimas.

"A-ayah g-gak se-senga--"

"Udah cukup! Ini tuh udah jadi bukti kalau kamu itu emang gak pernah sayang sama saya!" Ucap Hanna dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ayah gak maks--"

"Kamu tahu kenapa saya gak pernah bisa nganggap wanita sialan itu sebagai ibu saya?" Emosi Dimas naik saat mendengar kata 'sialan' dari anaknya itu.

"HANNA!" bentak Dimas.

"Karena ibu itu sosok yang mengajarkan anaknya, sosok yang bisa dijadikan panutan. Dan dia? Dia mau mengajarkan saya bagaimana caranya merebut suami orang? Saya gak butuh ajaran seperti itu!"

Hanna menutup matanya saat melihat tangan ayahnya sudah naik ke atas, dan sebentar lagi satu tamparan akan kembali mendarat di pipi Hanna.

Sudah tiga detik dan tidak ada yang terjadi. Hanna membuka matanya perlahan, lalu saat melihat sosok wanita dengan baju putih didepannya, Hanna membulatkan matanya kaget.

"Cukup Dimas! Kamu mau nyakitin anak kamu lagi? Hah?" Ucap wanita itu dan masih menahan tangan Dimas yang akan menampar Hanna.

Saat tangan Dimas sudah menurun, wanita itu menarik tangan Hanna dan pergi meninggalkan Dimas yang sedang meredam emosinya.

***

Hanna menikmati angin sore yang menerpa wajahnya. Ditemani seorang wanita yang dikenalnya, dokter Ayu.
Dokter sekaligus sahabat bundanya.

"Masih sakit gak?" Tanya Ayu sambil mengusap pipi kanan Hanna.

Hanna tersenyum kemudian menggeleng "Enggak kok, kan tubuh Hanna kuat" ucap Hanna disertai kekehan kecilnya.

'Tapi hati aku yang udah gak kuat lagi' batin Hanna.

Ayu yang melihat senyum Hanna kemudian medekap tubuh Hanna. Tahu bahwa senyum itu sangat palsu.

"Kalau mau nangis ya nangis aja" Ayu mengusap punggung Hanna, memberikan kenyamanan.

Hanna merasa hangat atas perlakuan Ayu, sudah lama dia tidak merasakan disayang seperti ini. Hanna tidak menyangka, pertemuannya dengan Ayu akan terjadi seperti ini. Sudah lama mereka tidak bertemu, dan saat sudah bertemu Hanna malah akan menangis sekarang.

"Hanna gak mau nangis, nanti baju dokternya tante kotor" Hanna merapatkan pelukannya.

Ayu terkekeh "Gapapa kok, nanti tante suru nyuci aja sama anak tante"

Hanna yang mendengar itu merenggangkan pelukannya lalu menatap Ayu "Tante punya anak?"

"Iyadong punya. Kamu gak tau?" Tanya Ayu lalu menangkup muka Hanna dan membelai pipinya.

Hanna memejamkan mata, menikmati rasa hangat yang menjalar ke hatinya, walaupun rasanya tidak sehangat saat berada di dekat bundanya.

"Enggak" jawab Hanna pelan.

"Kamu juga sejak kapan udah tinggal sama tante kamu? Kok gak bilang sih?"

"Belum lama kok tan. Oh ya tadi tante kok bisa ke rumah Hanna sih?" Tanya Hanna saat mengingat kenapa Ayu bisa ada di rumahnya tadi.

"Tante kan mau ketemu sama tante kamu, eh malah yang lain yang tante dengarin." Ucap Ayu dengan muka yang kesal saat mengingat Dimas menampar Hanna.

"Makasi ya tante, tante hari ini pahlawan aku deh" Hanna kembali memeluk Ayu.

"Tante mau kok tiap hari jadi pahlawan kamu, kamu yang sabar ya? Ayah kamu--"

"Tante ke rumah tante yuk. Aku lapar" ucap Hanna mengalihkan pembicaraan. Ayu yang merasa Hanna tidak ingin membicarakan ayahnya mengangguk dan tersenyum, kemudian bangkit dari kursi taman.

"Ayo! Tante bakalan masak yang banyak buat kamu"

Hanna mengangguk senang kemudian bangkit dan menggenggam tangan Ayu menuju rumahnya.

--------------------

Halo semuanya 👋
Aku updatenya lama yah😂
Maafkan aku yang baru tau kalau jadi mahasiswi itu susah😂

Aku dapet banyak tugas dan kuota sekarat aja aku gak tau.
Baru kemarin ngecek ternyata kuota aku habis hehehe.

Terus BTS COMEBACK🎉🎉 yeaay

Sekian dulu bacotan unfaedah aku😂

Senin,18 september 2017
Annisa, istrinya jungkook😂❤

Hujan Dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang