[ 41 ] Pengganggu

2.9K 156 74
                                    

Beberapa hari berlalu, semuanya terasa seperti semula.

Hanna yang sudah kembali ke sekolah, Rangga yang mengantarkannya tadi pagi, dan jam pelajaran terakhir kosong, membuat kelas terasa seperti pasar. Ahh betapa sempurnanya hari ini untuk seorang Hanna.

"Napa lu senyam-senyum? Ngelamun jorok ya?" Tuduh Dika memberikan tatapan curiganya.

Belum sempat Hanna menyerukan pembelaannya, Fitri menyela perkataannya.

"Alah palingan juga ngelamunin oppa-oppa-nya itu yang kalau nge-dance bajunya kebesaran biar roti sobeknya keluar" Kata Fitri mengejek.

Sial! Kenapa Fitri tau apa yang dilakukannya semalam?

Hanna berdehem, wajahnya sedikit memerah. Memang semalam dia mencari video sexy moment bias-nya, tapi hanya satu video saja. hanya SATU, SATU.

Hmm..walaupun video itu berdurasi 50 menit.

"Nah kan tebakan gue bener!" Seru Fitri, diikuti gelak tawa Dika dan Iqbal.

"Sialan lo!" Ujar Hanna kalah.

"Harus ya lo ngelamunin mereka? Gue harus ganteng kayak apa lagi supaya lo ngelamunin gue?" Tanya Dika dengan ekspresi dibuat sedih, membuat Iqbal dan Fitri terbahak.

Tidak dengan Hanna, dia diam memandang Dika yang masih menunjukkan ekspresi sedihnya.

Jika dulu mungkin saja dia akan tergelak bersama ketiga temannya itu. Tetapi setelah mengetahui kenyataan bahwa Dika menyukainya, mata Hanna sekarang dapat menangkap ekspresi jujur di matanya.

Dika bukan pura-pura, dia memang sedih.

"Dika lo suka gue ya?"

Dika yang baru saja meminum air mineralnya, menyemburkan airnya ke lantai lalu terbatuk-batuk mendengar pernyataan Hanna.

"Pede amat lo!" Ujar Iqbal kembali tergelak.

Tetapi Dika dan Hanna saling tatap dengan wajah penuh keseriusan. Mata Dika menyiratkan sesuatu yang selama ini dia pendam, dan sekarang mungkin waktu yang tepat untuk mengatakannya.

***

"Jadi lo mau jelasin apa?"

Tanya Hanna sambil melipat tangannya di dada. Mereka sedang berada di kelas, bel sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Setelah bel berbunyi, Dika meminta Hanna menunggu karena ada yang ingin dia bicarakan, dan Hanna mengiyakan permintaannya.

"Lo bener," ujar Dika.

"Bener soal apa?"

"Gue suka lo."

Hanna terdiam, lalu menatap Dika yang memandangnya dengan serius.

"Kapan? Sejak kapan?"

Dika tersenyum, "Sejak gue lihat lo."

Hanna menggeleng, ini tidak benar menurutnya.

"Gue punya pacar, dan Ina.. Ina suka lo"

Dika tertawa, membuat Hanna bingung dibuatnya.

"Gak ada yang lucu!"

"Gue tanya deh sekarang sama lo. Gue pernah minta lo balas perasaan gue?"

Hujan Dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang