[ 38 ] Bertemu

2.9K 153 66
                                    

Sepertinya Rangga tidak perlu meragukan feeling baiknya lagi. Hari ini benar-benar hari terbaiknya.

Saat sedang berlari mengelilingi taman, Rangga menemukan uang tiga ratus ribu rupiah tercecer di jalan.

Ini sih namanya rezeki anak sholeh.

Tetapi yang membuat Rangga heran, siapa yang memakai uang rupiah di negeri orang? Selain tidak laku juga pemilik uang pasti sangat ceroboh.

Rangga mengambil uang tersebut sambil tersenyum lebar saat memastikan dirinya tidak masuk dalam salah satu jebakan acara televisi.

Rangga baru akan beranjak untuk kembali berlari saat sebuah pukulan--yang cukup keras--mengenai punggungnya.

"Kampret ya lo! Duit orang main embat aja, mau lari hah?! Dasar gak berperi kekasihan! Kurang ajar!"

Rangga berbalik ingin membantah semua ucapan tidak sopan orang yang sudah memukulnya.

Sampai ketika dia melihat orang yang memukulnya adalah seseorang yang sudah dirindukannya selama berminggu ini, semua ucapannya menguap begitu saja.

Didepannya, seorang perempuan dengan mata yang berkaca-kaca menatap marah ke arahnya.

"Kamu pikir aku nggak bisa kejar kamu hah?!" Ujar Hanna memukul dada Rangga.

"Kamu pikir kamu bisa lari?! bodoh!!kamu lari kurang jauh!! dasar bodoh!! bodoh!!"

Rangga membiarkan Hanna memukulnya, jika memang Hanna merasa lega setelah memukulnya, Rangga tidak apa.

Hanna yang marah lebih baik daripada Hanna yang menangis menurutnya.

"Kamu sekarang bisu?! Kamu ke sini mau operasi suara kamu?! Jawab!! jangan diam!!"

Setelah berteriak, pukulan Hanna semakin melemah, lalu Hanna terisak.

Rangga mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, tidak banyak orang hari ini. Hanya ada beberapa orang yang jauh dari mereka, dan Rangga bersyukur karena mereka tidak menjadi tontonan publik.

Rangga menarik Hanna ke dalam pelukannya. Tidak ada perlawanan dari Hanna, hanya suara isakannya menjadi terdengar lebih keras.

Rangga mengeratkan pelukannya, sebelah tangannya terangkat dan mengusap lembut kepala Hanna. Menyiratkan jika dia juga tersiksa dan menyesal karena telah membuat Hanna menangis seperti sekarang.

"Maaf.." gumam Rangga.

"Kamu udah ambil uang aku, kamu nggak bisa lari lagi sekarang sebelum kamu bayar hutang kamu itu. Kalau kamu lari lagi, aku laporin kamu ke polisi"

Ternyata Rangga masuk jebakan Hanna.

Rangga tersenyum mendengar Hanna yang sudah berbicara panjang kepadanya.

"Satu detik telat bayar utang kamu tambah tiga kali lipat dari uang sebelumnya"

Hanna berbicara masih dengan membenamkan kepalanya di dada bidang Rangga, menghirup aroma lelaki yang sudah lama tidak dilihatnya.

"Makin banyak dong utang aku, aku nggak sanggup bayarnya" ujar Rangga jenaka.

Hanna meregangkan sedikit pelukannya sehingga dirinya bisa menatap Rangga.

"Karena kamu nggak sanggup bayar jadi kamu nggak boleh lari lagi dari aku" ujar Hanna menatap serius Rangga.

"Kamu harus ngehabisin sisa umur kamu untuk bayar utang sama aku"

Rangga tersenyum kemudian mengangguk, dia tidak menyangka cara Hanna ini begitu manis menurutnya. Hanna tidak mengemis, tetapi menjeratnya. Selalu seperti ini sejak pertemuan pertama mereka.

Hujan Dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang