Gue duduk di bangku depan perpustakaan. Nunggu Arka yang ambil fomurlir kemping kelas juga ngurus beberapa OSIS. Iya, gue memilih ngekorin Arka daripada gabung sama gengnya F4 dan kawanan (Udin, Resti, dan Venny). Gue juga nggak bisa gabung grup Kpop (Putri, Kayla, dan Maya) karena gue nggak ngeh bahasan mereka. Sementara Heru, Arif, sama Teresa lagi main kartu.
Lagian dari semuanya, gue ngerasa paling aman sama Arka. Nggak ada yang nyinyir atau nyindir gue di koridor kalau Arka di sebelah gue. Para cewek mendadak anteng. Mungkin karena Arka tuh punya aura kalem yang adem, jadi mereka mendadak ikutan kalem. Tapi kalau samping gue Medi atau Ajun, udah deh jadi kayak ular dikasih garam.
Nggak lama Arka keluar, duduk di samping gue sambil baca kertas di tangannya. Dia hela nafas.
"Kayaknya gue nggak ikut kemping deh, Le..." katanya buat gue noleh.
"Kenapa? Kan itu urusan OSIS juga," tanya gue bingung.
Arka diam. Terus suaranya jadi diturunin pelan sambil hela nafas sedih.
"Nggak bisa bawa Rere...."
YA TUHAN.
Gue nelen umpatan, jadi hembusin nafas keras dan panjang dengan lelah. Sekarang jadi senderan ke dinding mandang ke arah lapangan di depan. Nggak mau nyaut, terlalu capek ngadepin ni manusia.
"Napa lo?" tanya Arka buat gue noleh. "Sakit?"
"Hm," gue jawab gitu aja. Lagi males ngomong.
Arka jadi diem. Cowok itu beberapa kali lirik gue buat gue juga jadi ngerasa nggak nyaman dia kayak lagi ngerencanain sesuatu tapi ragu. Ya siapa yang nggak cemas.
Sampai Arka ngelepas jaket garis biru yang dia pakai. Terus ngelempar pelan ke gue gitu aja.
"Ck, paan?" kata gue jadi kesel dan noleh negakin tubuh.
"Pake lah, ege. Katanya sakit," kata Arka mencibir, terus balik baca kertas di tangannya.
Gue delik. Paan sih ni cowok sok keren amat. Mentang-mentang di koridor perpustakaan ya jadi biar diliat degem-degem kalau dia minjemin jaketnya ke cewek. Cuih.
Arka noleh lagi. Dia langsung naruh kertas di pahanya dan kemudian ngambil jaketnya lagi. Dibuka dan dipakein ke gue buat gue pasrah dan nurut gitu aja karena tu cowok kayak buru-buru. Arka bahkan makein kupluk jaket sampai nutup muka gue. Terus nepuk-nepuk pala gue buat gue jadi nunduk pasrah.
Ya. Lagi-lagi gue iya-iya aja dia semena-mena gini.
Tapi, gue beneran lagi nggak mood ngelawan dan jadi berantem kayak biasa.
Arka sekarang nunduk ke depan gue, ngintip muka gue yang nunduk ketutupkan kupluk jaket.
"Ck, apa?!" Gue dorong tu cowok, kaget juga tiba-tiba mukanya jadi deket gini.
Arka mandangin gue, lalu hela nafas. "Gue lupa. Alea kan mukanya emang datar nggak banyak ekspresi. Gue udah ngira aja lo lagi badmood," katanya buat gue jadi melebarkan mata.
Gue diam. Menipiskan bibir sebelum buka suara lagi.
"Yaya."
Arka refleks mengumpat, langsung narik kupluk jaket sampai buat kepala gue nunduk gitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Einstein ✔ ✔
Подростковая литература#EpikHighSchoolSeries [R13+] 11 IPA 1 bukan tipe kelas yang biasa diceritakan. IPA 1 cuma kelas biasa. Identik serius dan nggak menarik sama sekali. Murid kelas lain, khususnya golongan IPS, selalu menganggap IPA 1 adalah manusia-manusia purba yang...