Chapter 4

411 39 0
                                    

6 bulan kemudian

Nira tengah mendata setiap laporan dari mata-mata yang disewanya.

Golvano selalu mengunjungi Nira meskipun ceritanya Golvano adalah teman Nira bukan rekan pemberontakan.

"Nira kau pasti lelah, bagaimana jika kita makan siang?" ajak Golvano.

"Baiklah" jawab Nira.

Mereka pun pergi ke sebuah restoran.

"Nira apa kau tidak lelah mengurusi soal ini dan menghabiskan uangmu untuk hal ini? " tanya Golvano.

"Ini adalah tujuan ayahku, harta ayahku adalah hasil jerih payahnya untuk mendapatkan kebebasan ini" kata Nira.

Ini disana artinya Gadania.

"Kau kehabisan waktu, usiamu sudah 20 tahun, tapi kau tidak pernah menyukai pria manapun" kata Golvano.

Nira tersenyum tipis. "Untuk saat ini keinginanku adalah kebebasan itu. " jawab Nira.

"Lihat aku Nira " kata Golvano.

Nira menatap Golvano.

"Aku menyukaimu, aku siap menjadi kekasihmu ataupun suami mu kita bisa menikmati masa tua kita di Zeanahara (sebuah negara merdeka di benua Alarka)" kata Golvano.

"Sudah kubilang aku belum memikirkan hal itu Golly" kata Nira.

Golvano menghela napas berat.

"Kau menyukai Tadashi ya? " selidik Golvano.

"Tidak juga, aku belum bisa memikirkan hal itu, karena aku sedang fokus kepada impian ayahku" jawab Nira.

Skip

Nira duduk melamun dikursi jabatannya.

"Ayah, aku sedang berfikir, bagaimana cara membebaskan Gadania, sekarang pejuangmu bertambah menjadi 17.000 orang lebih. Tapi, pertahanan Malferina Raya di Gadania begitu kuat" batin Nira.

"Nona, ada Tn. Saverus yang ingin bertemu dengan anda" kata Miana.

Nira mengangguk dan bergegas ke ruang tamu.

Terlihat pria tua tampan bermata biru duduk disofa.

"Selamat siang Nn. Nira " sapa Donny.

"Selamat siang, Mr. Presiden " jawab Nira kemudian duduk berhadapan dengan Donny.

"Kau kemari tanpa penjagaan? " tanya Nira.

"Ya" jawab Donny.

"Jika iya, aku akan membunuhmu dan mengambil kekuasaan atas Gadania " batin Nira.

"Apa yang kau inginkan? " tanya Nira.

"Apa salahnya jika aku mengunjungi keluargaku" kata Donny.

"Sial, dia pasti mau mengakui dirinya sebagai pamanku. Bagaimana ini apa yang harus ku lakukan? Aku harus membuat strategi dari sekarang " batin Nira.

"Keluarga? Jadi kau punya keluarga dirumah ini? Siapa? Apa pegawaiku? " tanya Nira.

Donny tersenyum wibawa. "Cih singkirkan senyum tua mu itu perekat" batin Nira.

"Pak presiden? Kau melamun? " tanya Nira.

"Panggil aku paman" kata Donny.

"Apa?! " tanya Nira berpura-pura terkejut.

"Aku adalah adik  dari ayahmu" lanjut Donny.

"Yang benar saja tidak tahu malu " batin Nira.

Pemberontak CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang