Disini, aku terus menantimu. Menunggu dirimu yang entah akan kembali padaku atau lebih memilih dia. Aku mungkin teramat bodoh, harusnya aku sadar bahwa kau telah menemukan cintamu yang baru dan seharusnya aku pergi dari kehidupanmu.
Tapi rasanya aku telah menikmati hal ini. Menangis sepanjang malam dan tenggelam dalam air mataku sendiri. Sementara kau? Kau pergi kesana kemari bersama kekasih barumu.
Hari-hari semakin berlalu. Menyisakan hal-hal yang teramat sakit. Menyakitkan memang! Aku sendirian. Tapi setidaknya ada yang setia menemaniku, yaitu kenangan bersamamu yang tak mungkin ku lupakan.
Aku menatap jendela kamarku. Gerimis menelan tanah tandus. Tentu saja itu membuatku ngeri. Saat ini aku hanya ingin menikmati senja, seperti waktu itu kita mengahbiskannya berdua. Aku kemudian tersadar bahwa gerimis takkan menyatu dengan senja. Dan seperti itulah keadaan kita sekarang. Kau dan aku yang tak mungkin bisa bersama lagi.
Maafkan aku, jika aku sewaktu waktu ingin melukis wajahmu. Aku mungkin hanya rindu walau ku tahu aku sama sekali tak berhak atas ini. Maafkan aku, jika sewaktu-waktu aku mengirim pesan padamu. Aku hanya ingin tau kabarmu meski ku tau kau sebetulnya akan baik-baik saja setelah perpisahan ini.
Miris sekali rasanya, aku masih menunggumu. Sementara dirimu menanti kekasihmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampah Nostalgia
RandomRindu.... Sebenarnya apa arti rindu sesungguhnya? Setiap waktu aku selalu mengucap kata itu, tapi aku tak pernah mengerti arti rindu ini sesungguhnya. Rindu apa? Kepada siapa? Entahlah, rindu seakan akan menjelma menjadi belati bagiku. Sakit rasanya...