Sebenarnya aku masih tak mengerti, mengapa cerita ini harus berakhir. Tiba-tiba saja kau menelponku dan kau bilang kau harus pergi. Aku menganggap ini lelucon, karena selama ini, selama dua tahun kita tidak pernah membicarakan soal itu. Tanpa penjelasan lagi, kau tutup telponnya dan menganggap bahwa semuanya telah berakhir. Namun, itu tidak berlaku bagiku. Aku kembali menelponmu, kau mematikan ponselmu, dan aku berpikir bahwa ini semua memang telah berakhir.
Ini sungguh suatu penyiksaan bagiku. Ini tidak adil. Aku berontak. Berteriak namun tak bersuara. Menangis tapi tanpa air mata.
Cinta itu ibarat kopi
Pada ujungnya akan terasa pahit oleh sisa ampasnya
Jika manis tidak mau berakhir
Jangan kau minum kopi itu
Biarkan ia tetap berada di gelasnyaNamun seringkali,
Perjalanan cinta membuatmu haus
Hingga pada akhirnya mau tidak mau kau harus meminumnya
Dan merasakan pahitnyaApa yang harus aku lakukan setelah ini? Memenjarakan rasaku? Membuatnya menjadi benci? Atau harus tetap dalam kadar yang sama, seperti pada pertama kita bertemu? Namun, secara tidak langsung kau menuntutku untuk melupakanmu. Sungguh, bagiku melupakan tidak semudah yang kau pikirkan. Ya, memang mungkin kau begitu mudah melupakan segalanya. Tapi mengapa semudah itu kau lupakan? Kita telah lama berjalan bersama-sama, tapi hanya dengan satu kata, kau lari meninggalkanku. Hingga semuanya berakhir dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampah Nostalgia
DiversosRindu.... Sebenarnya apa arti rindu sesungguhnya? Setiap waktu aku selalu mengucap kata itu, tapi aku tak pernah mengerti arti rindu ini sesungguhnya. Rindu apa? Kepada siapa? Entahlah, rindu seakan akan menjelma menjadi belati bagiku. Sakit rasanya...