Coba sambil dengerin lagu di mulmed, kayaknya cocok sih sama perasaan Asya sekarang. Aku juga lagi suka sama lagunya Isyana yang judulnya Terpesona ini<3
Bola matamu
Memancarkan harum tubuhmu
Mengalirkan getaran, membuatku terpaku
Unik senyummu dihiasi lesung pipimu
Menambahkan asmara saat ku menatapmu
Banyak pesan
Tak memberi kesan
Kau bukanlah
Yang aku dambakan
Namun hati
Berkata bukan
Kau s'lalu datang
Di mimpiku
Setiap minggu
Aku tak peduli
Berapa lama
Ku menunggumu
Rindu
Tak ragu setia
Di setiap waktu
Siapapun dirimu itu
Mewarnai hidupku
Terpesona, pandanganmu
Kamu...Enjoy reading, semuanyaa~
***
Asya kira hubungannya dengan Rayhan sudah menunjukkan tanda keseriusan. Pria itu selalu berandai-andai akan dibawa ke arah mana hubungan mereka. Rayhan akan menggoda Asya habis-habisan apabila gadisnya itu merengek untuk menghentikan obrolan ke jenjang pernikahan. Namun, itu semua terjadi jauh sebelum badai datang dalam hubungan mereka. Masa kelam Rayhan itu kembali hadir di hari-harinya. Setelah dilantik menjadi perwira kavaleri berpangkat Letnan Dua, fokus Rayhan seakan terpecah. Dia jarang lagi menghubungi Asya, dengan alasan dia harus menyelesaikan pendidikan dasarnya di Pusdikkav. Asya mengatakan itu semua hanya alasan. Sebab, dia tahu bahwa Rayhan sempat mendapat izin bermalam selama satu hari, Kayra memberitahukannya perihal Rayhan yang berkunjung ke kediaman Gendis.
Di hari itu juga, Asya langsung menghubungi Rayhan, mengirimkan pesan kepada pria itu untuk menghentikan hubungan mereka. Sempat Asya membuang ponselnya ke laci, menguncinya rapat-rapat dengan keadaan ponsel mati. Dia butuh menenangkan diri. Alhasil, dia yang tinggal dengan Eyangnya itu mendapat omelan karena lupa memberi kabar pada Papa Mamanya di Malang. Akhirnya, mau tak mau dia membuka kembali ponselnya. Mengabari sang Mama dengan nada sesenggukan kalau dia mengakhiri hubungannya dengan Rayhan. Kila hanya dapat memberikan ungkapan halus untuk menguatkan hati anaknya yang terlanjur hancur lebur itu.
Sang Mama mengatakan bahwa inilah waktu bagi Asya berbenah diri. Mungkin, Rayhan terlalu baik untuknya. Atau bisa juga, dia yang pantas mendapat pria yang ribuan kali lebih baik dari Rayhan. Perkataan itu menjadi sentilan bagi Asya untuk menghadapi makhluk bernama Rayhan lagi.
"Aca, Mas bisa jelasin. Gendis butuh sosok yang menguatkan dia, Budhe Asni, Ibu Gendis itu sedang koma. Mas juga udah bilang 'kan, Mas sadar kalau cinta Mas yang dulu itu salah. Aku bener-bener pengen berubah, Ca. Percaya aku, tolong..." pinta Rayhan. Suaranya terdengar putus asa di seberang telepon.
Asya kini sudah berbeda. Tak mudah untuk menghancurkan hatinya untuk kesekian kali. Memang masih ada rasa untuk Rayhan, tetapi apabila Rayhan masih bersikap plin-plan dengan pilihannya. Maka Asya pun tidak mau ambil resiko untuk hanyut lebih dalam ke jurang yang dibuat oleh Rayhan.
"Mas, Asya lagi nggak mau ngomongin hal receh kayak cinta. Nggak lagi, Mas. Udah cukup kayaknya cinta pertama Asya diremuk dihabisin kayak gini. Kayaknya memang kita cocok buat temenan aja," sahut Asya terdengar tenang meski hatinya sudah awut-awutan menahan kesal dan amarah.
Rayhan mendengus frustasi, menjatuhkan bolpoin ke lantai dengan keras. Luapan emosi akan kebodohan dari dirinya sendiri. "Aku pegang ucapanmu, Ca. Masih teman, 'kan? Anggap kita mulai dari awal."
Dari situlah pertemanan dengan mantan terjadi. Sebagian orang mungkin tidak akan percaya bahwa Asya bisa dengan tegar untuk kembali mengenal Rayhan dari awal, dengan status sebagai kawan. Asya sudah kebal dengan gombalan yang dilancarkan Rayhan untuk membujuknya kembali agar dapat memulai hubungan. Namun, Asya belum melihat kesungguhan itu. Rayhan masih terjebak dalam cinta masa lalunya. Bukan masa lalu dengan Asya, melainkan dengan gendis. Pernah suatu ketika mereka menghabiskan waktu bersama untuk menjenguk Tante Asni, Ibu Gendis, di rumah sakit. Rayhan dengan luwesnya menenangkan Gendis yang tangisnya pecah ketika mengetahui kehadiran Rayhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Still Love Me The Same?
RomanceAsya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya ada di novel romansa. Asya nggak pernah kepikiran buat nyari pacar. Kalaupun kepikiran, pasti seleranya yang ganteng, orang kantoran, berint...