Sejak Rayhan mengetahui penyakit yang menyusahkan istrinya itu, dia menaruh perhatian lebih untuk menguatkan wanitanya. Hal-hal kecil seperti ciuman spontan di wajah, menanyakan kegiatan Asya lewat aplikasi chatting saat dirinya di kantor, atau pulang cepat dengan membawakan brownies coklat keju kesukaan istrinya. Rayhan ingin Asya tahu, bahwa meskipun ada kekurangan sebesar apa pun itu, dirinya masih akan tetap menggenggam tangan pendamping hidupnya.
Syukurlah, sekarang bukan hanya Rayhan yang ada untuk memberikan perhatian untuk Asya, keluarga Rayhan dan Asya pun ikut membantu untuk membangkitkan semangat Asya. Apalagi Bunda Rayhan yang berbagi pengalaman terkena miom saat remaja, menceritakan bagaimana pada akhirnya Allah memberi anugerah untuk kesembuhannya dan memiliki Rayhan, anak kesayangannya.
Saat ini, telapak tangan Asya yang berkeringat menggenggam tangan suaminya dengan lemas. Sementara, punggung tangan kirinya disuntik untuk pemasangan infus. Asya hanya bisa menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia tidak boleh tegang, karena ini sudah dua kali percobaan sang suster memasangkan jarum infus pada tangannya. Sebab, pembuluh darahnya pada percobaan pertama bengkak karena dirinya tegang.
Rayhan yang melihat ekspresi ketakutan Asya itu pun mengusap keringat yang ada di dahi istrinya dan mengelus lembut pergelangan tangan milik Asya yang bebas. "Sabar, ya, Ca. Abis ini nggak sakit," ujarnya menenangkan.
Asya memicingkan matanya, memberi lirikan tajam pada sang suami. "Diem kamu, nggak ikut ngerasain juga," sahutnya.
Dari situ Rayhan tahu bahwa istrinya baik-baik saja. Karena mulut rasa bon cabe itu sudah terbit lagi, menyemburkan keganasan di kuping Rayhan. Dia mengangguk pasrah kemudian.
"Wali dari Nona Asya Shakila?" tanya seorang suster yang datang ke ruang IGD dengan membawa setumpuk kertas di tangannya.
"Nona...? Ah, iya. Saya suaminya," Rayhan menyahutinya. Agak asing dengan imbuhan Nona pada nama istrinya. Lalu, dia pun mengikuti langkah suster wanita itu untuk mengurus administrasi dan pilihan kamar rawat inap Asya.
Hanya beberapa langkah meninggalkannya, Asya cemberut dan setengah berteriak, "Mas Re, jangan lama-lama!"
Lelaki itu hanya mengangguk, sedikit malu karena mendengar cekikikan pegawai rumah sakit karena ulah Asya yang kentara menunjukkan bahwa mereka pengantin baru. Yah, meskipun tidak baru fresh from the oven. "Iya, Ca. Bentar doang, ya? Biar kamu bisa cepet istirahat di ruang rawat inapnya,"
Asya menurut, mengangguk lemah.
Asya memutuskan untuk cepat dirawat untuk pemberian antibiotik secara intensif, agar nyeri yang menganggunya itu bisa berkurang. Meskipun begitu, dokter sudah mengingatkan Asya bahwa pengobatan antibiotik ini tidak permanen hasilnya. Banyak pantangan makanan yang harus dihindari Asya agar penyembuhannya optimal dan tidak akan kambuh lagi. Seperti dilarang mengonsumsi segala sesuatu yang pedas, asap, mengandung teh dan kopi.
Alasan pertama Asya menyetujui untuk dipaksa Rayhan segera opname adalah dirinya yang sudah tidak tahan dengan nyeri perut itu, serta ingin ditemani oleh sang suami ketika masih ada di dekatnya. Asya ngeri membayangkan dia harus menjalani pengobatan radang panggul serta program hamil sendiri, sedangkan Rayhan sudah bertugas di Sudan.
"Sudah, Mbak. Saya pindahkan ke ruang VIP, ya," seorang suster sudah siap membantu Asya untuk naik ke kursi roda.
"Eh, Sus. Aku bisa jalan sendiri, kok." Asya menengadahkan kepalanya melihat suster perempuan itu terkekeh.
"Begini, Mbak. Itu sudah prosedur rumah sakit, pasien harus dibawa pakai kursi roda," tuturnya.
Rayhan yang mengikuti langkah suster itu dari belakang hanya bisa menggelengkan kepala atas perilaku istrinya yang unik itu. Dia menjinjing tas berisi pakaian dan barang-barang yang diperlukan istrinya saat opname. Untunglah, dokter kandungan di rumah sakit ini praktek saat Rayhan bebas tugas, jadi dia bisa mengantarkan sang istri untuk segera rawat inap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Still Love Me The Same?
RomanceAsya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya ada di novel romansa. Asya nggak pernah kepikiran buat nyari pacar. Kalaupun kepikiran, pasti seleranya yang ganteng, orang kantoran, berint...