Tidak terasa Asya dan Arza telah menghabiskan dua tahun di SMA, di semester genap ini Asya masih aktif dalam lomba-lomba debat bahasa Inggris yang diadakan universitas bergengsi, seperti di UI, UGM, Unair, dan masih banyak lagi. Hebatnya, hampir disetiap perlombaan Asya mendapat gelar juara. Namun, dia tidak lagi bekerja sama dalam tim dengan Arza, yang sibuk dengan ujian akhirnya. Dia berganti partner tim dengan Dennis, dan tetap si Tiaranya yang paling dia sayangi.
Asya mengalami banyak perubahan akhir-akhir ini, dia tidak lagi suka bangun siang saat libur. Dia mulai ikut Arza untuk lari keliling kompleks perumahan atau sekedar jogging di area tersebut. Frekuensi Asya berolahraga pun bertambah seiring berjalannya waktu, mulai dari sprint di pagi hari sebelum berangkat sekolah ataupun sekedar senam lantai di teras belakang rumah setelah shalat subuh. Asya bukannya ingin mengejar cinta seseorang sehingga dia ingin jadi langsing. Bukan. Asya menyadari bahwa sebaiknya makan yang banyak itu diiringi pula dengan olahraga, agar seimbang. Lemak di bokongnya juga tidak separah dulu. Tulang pipi yang dulunya tidak terlihat juga sudah nampak, walau hanya sekilas terlihat. Dalam waktu singkat, Asya tentu tidak jadi kurus. Dia juga tidak mau seperti model-model yang terlalu kurus seperti mengidap penyakit anoreksia. Dia kira dia cukup sehat dengan bentuk tubuhnya yang tidak gendut dan tidak terlalu kurus pula.
"Za, foto dulu napasih jangan dilepas dulu jasnya. Idih, dasar bopung banget!" Asya mengomeli kembarannya yang tidak betah memakai setelan rapi itu. Di hari spesial Arza ini, Asya mau mengabadikannya dalam foto.
"Bang, Sini ah jangan resek. Habis ini pulang, kok. Sekali foto aja. Cepet, muka Papa udah asem nungguin rangkaian acara tadi nggak kelar-kelar. Sopir juga udah jemput tuh," bujuk Mama Asya. Asya pun menjulurkan lidah kepada Arza.
Keluarga Asya telah memposisikan diri ke photobooth dan mengambil beberapa pose untuk diabadikan. Meski bukan hari kelulusannya, Asya turut senang keluarganya dapat berkumpul di harinya Arza. Papa nya juga rela ijin demi menyaksikan Arza yang dapat penghargaan. Papanya keren banget. Asya jadi berpikir ulang untuk menyimpan ketakutan dalam dirinya terhadap Gibran, sang Papa.
***
Katanya anak kembar itu saling menguatkan satu sama lain sejak dalam kandungan. Nggak mau kembarannya sakit atau terluka. Kalau yang satu jatuh sakit, yang lain pun ikut merasakan sakitnya. Kayaknya hal-hal tersebut memang sering dialami Arza dan Asya. Pernah suatu ketika Arza demam tinggi, di malam harinya Asya bakal susah tidur dan napasnya sesak. Ikatan batin dan ikatan darah saudara kembar memang kuat.
Asya seperti magnet dengan kutub berlawanan dengan Arza, keduanya memang beda tetapi tidak bisa lepas. Terutama Asya, yang nggak mau jauh-jauhan sama sang kembaran yang telah dianggapnya Kakak. Karena Asya merasa Arza jauh lebih matang secara psikologi dibanding dirinya. Walaupun mereka berdua sama-sama suka slengean dan hidupnya penuh dengan saling melempar hujatan, ketahuilah bahwa sebenarnya mereka saling menyayangi. Isak tangis Asya tak kunjung berhenti ketika menyadari bahwa Arza telah menghilang dari rumah selama beberapa hari.
Apa permasalahannya? Tidak ada!
Hanya saja gelagat aneh Arza telat tercium oleh Asya. Dia tidak menyadari bahwa Arza selalu menghindari pertanyaan tentang kelanjutan studinya setelah lulus SMA. Arza kini telah dinyatakan lulus setelah lima hari yang lalu ikut wisuda di sekolahnya. Arza memang siswa akselerasi, sedangkan Asya tidak mengikuti seleksi program akselerasi dan menduduki kelas reguler SMA. Jangan ditanya apakah Asya sedih atau tidak ditinggal Arza lulus duluan. Pastinya sedih banget. Apalagi sekarang Arza menghilang tanpa jejak tanpa memberitahu apa-apa pada Asya. Akhir-akhir ini Asya memergoki Arza yang repot sendiri, fotokopi data-datanya untuk persyaratan studi lanjutan, pikir Asya ya Arza ingin memasuki Fakultas Hukum di Universitas Indonesia. Namun, teman-temannya Arza yang juga ingin mendaftar ke sana belum sesibuk Arza. Bahkan Asya masih berpapasan dengan Julie, teman sekelas Arza dan mengatakan bahwa UI baru saja membuka daftar ulang jalur undangan. Sedangkan untuk tes tulis akan digelar minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Still Love Me The Same?
RomansAsya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya ada di novel romansa. Asya nggak pernah kepikiran buat nyari pacar. Kalaupun kepikiran, pasti seleranya yang ganteng, orang kantoran, berint...