[Delapan Belas] Wanita dan Egonya

4.5K 325 7
                                    

"Gejala sakitnya Mbak gimana? Coba cerita dikit," ujar seorang dokter wanita yang sekarang berhadapan dengan Asya.

Asya hanya meringis menahan sakit karena perutnya terasa kram. "Perut kayak banyak gas gitu, Dok. Makan dikit akhir-akhir ini saya gampang kenyang. Kentut sama BAB juga jarang, karena perut sakit banget, Dok," jelasnya.

Kemudian Ibu Dokter itu mencatat semua keluhan Asya, beliau memasang kacamatanya dan mempersilakan Asya untuk berbaring. "Bilang ya Mbak kalau bagian yang ditekan sakit," tukasnya.

Bu Dokter menekan bagian perut kiri dan sekitar pusar, Asya menggelengkan kepala tanda tidak merasakan sakit. Kemudian, saat dokter tersebut menekan perut bagian kanan Asya, dia meringis kesakitan. "Sakit, Dok.."

Dokter itu sontak mengangguk, menekannya sekali lagi di bagian yang sama. "Lebih sakit saat ditekan atau dilepas?" tanyanya memastikan.

Asya menggigit bibir bawahnya, "Dilepas, Dok." Lalu, Bu Dokter memerintah Asya untuk menekuk kaki kanannya, disitu Asya juga merasakan nyeri berdenyut di bagian perutnya.

"Dari gejalanya, mirip seperti radang usus buntu, Mbak. Lebih jelasnya, kita bisa lakukan USG besok pagi. Sekarang, saya kasih barium, ya. Mari, Mbak." Bu Dokter menyuruh Asya untuk kembali duduk. "Satu kantong plastik bariumnya diminum ya Mbak, dicampur air hangat seperti minum susu. Setelah minum ini, puasa dulu, biar tes laboratnya akurat. Besok langsung ke sini jam delapan, ke poli bedah umum."

Asya mengangguk mengiyakan. "Baik, Dok. Terimakasih,"

Janice sudah ada di tempat parkir Rumah Sakit, sudah memasang wajah galak yang siap menyemprot Asya. "Sakit juga 'kan lo? Brutal sih, dibilangin kalau makan pedes tuh yang kira-kira. Makan tuh dikunyah beberapa kali baru ditelen. Aduh, kayak ngurusin anak gue sendiri aja. Gue anter pulang, deh."

Perempuan berhijab yang kena marah Janice itu pun hanya bisa mengangguk lemah, "Ke apartemenmu aja, Jan. Takut ada yang nyariin aku kalau sekarang balik ke kos," ujarnya.

Ketika mereka sudah berada di mobil Janice, Asya langsung disergap tatapan selidik oleh temannya itu. "Berantem sama si Loreng?" tanya Janice, yang membuat Asya mendengus kesal.

"Nggak sih. Lagi males aja gitu. Kayaknya cowok sama aja, ya. Di otaknya Cuma mau nikahin gadis perawan doang. Heran," lirihnya. Janice mengembangkan hidungnya dan memasang wajah heran mendengar pernyataan gadis di sampingnya.

"Tunggu deh, lo 'kan perawan tua. Kok malah marah?" Janice mengernyitkan dahinya.

"Inget nggak, waktu itu aku pernah cerita pre-test yang dilakuin sama orangtuaku sebelum mereka nikah?" Asya melempar pertanyaan, Janice mengangguk berusaha memfokuskan diri untuk menyetir. "Nah, waktu jaman dulu Mama tuh nguji sejauh mana keteguhan hati Papa buat nikahin beliau. Apa kalau Mama membuat skenario tentang dirinya yang sudah tidak perawan, Papa bakal tetap nikahin dia? Jadi, ya, gitu deh."

Ucapan Asya masih mengawang, tetapi Janice mengulum senyumnya ketika Asya menjelaskan. Detik berikutnya, ledakan tawa meluncur dari mulutnya. "Jangan bilang lo juga nerapin itu buat ngetes Rayhan? Lo bete karena dia nggak sama kayak Papa lo, yang bisa nerima keadaan seburuk apapun tentang Mama lo, gitu? Konyol anjir!"

Asya memijat dahinya, "Mama dan Papa sepakat buat nyuruh aku gituin Mas Re. Apalagi Papa, kayaknya balas dendam deh. Tapi Papa nggak kemakan skenario bohongannya Mama, Papa malah buat cepet pernikahan mereka. Mama juga sebenarnya masih perawan waktu itu, cuma buat ngetes doang. Eh ini, Mas Re malah langsung matiin telepon dan nggak ngabarin. Sebel kuadrat!" protesnya, Asya sudah mengerucutkan bibirnya karena kekesalannya kepada Rayhan tidak dapat ditahannya lagi.

Janice mengangguk-anggukan kepalanya memahami perasaan Asya, "Bener juga cara ortu lo, Sya. Coba kalau ada cewek yang selaputnya itu robek karena hal yang nggak mereka inginkan, olahraga atau kecelakaan gitu. Masa iya cowok nggak bakal ada yang mau nerima mereka? Lagi-lagi, masalah kepercayaan itu harus ada ujiannya. Kalau cuma karena tahu ceweknya udah nggak perawan langsung ditinggal, itu sih Bajingan namanya," tukas Janice.

Would You Still Love Me The Same?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang