[XXIII] Pinky Promise?

4.9K 249 9
                                    

Pagi-pagi sekali Asya sudah mengepak bajunya ke tas bepergiannya, dia juga menyiapkan bekal makanan untuk perjalanannya dengan Rayhan ke Pulau Jeju. Sekarang, dengan menggunakan kacamata hitam, Asya berusaha menutupi kantung matanya yang parah. Rayhan tidak tahan untuk kembali mengejek istrinya.

Sang suami pun mencolek hidungnya, "Mbak-nya tukang pijat? Pake kacamata item segala," goda Rayhan.

Asya mencebik kesal. Dia pun menyikut dada Rayhan dan mendengus, "Ingetin aku ya nanti kalau ada tempat sepi, aku pengen nyekik leher orang yang bikin aku nggak bisa tidur malam."

Rayhan mulai bergidik ngeri, dia pun mengulurkan lengannya untuk merangkul istri mungilnya. Ohh, Rayhan sangat mengerti kalau Asya sedang menyindirnya karena kegiatan mereka yang tak ada habisnya tadi malam. "Maafin naluri dan nafsu suamimu yang udah menginjak usia om-om ini, ya, Ca?"

Asya tertawa singkat dan memutar bola matanya, enggan menanggapi.

"Kita mau ke mana ini? Aku udah siapin bekal pagi-pagi buat kamu, kirain bakal piknik. Eh ternyata naik pesawat ke Jeju," gerutunya. Asya merasa sia-sia dia menyiapkan kotak makan berisi sushi dan makanan organik kesukaan Rayhan.

Rayhan menaikkan sebelah alisnya, "Ya terus? Nggak bakal mubadzir kok, kita makan bekalnya di villa aja nanti. Bagus kok tempatnya,"

Asya pun mengangguk mengiyakan.

Setelah check in Asya membuka kotak bekal empat tingkatnya yang berisi sushi, brokoli, dan buah-buahan. Dia baru-baru ini mengetahui kegemaran Rayhan yaitu mengonsumsi makanan organik dan olahraga di gym untuk membentuk otot. Tidak heran, Asya dibuat takjub dengan pahatan kokoh yang terbentuk di tubuh suaminya. Duh, dia malu sendiri untuk sekadar memikirkannya.

Pipi Asya yang memerah membuat Rayhan curiga, "Ca? Kenapa? Mikirin yang semalem?" tanyanya. Cubitan kecil nan menyakitkan pun mendarat di lengan kanan Rayhan. "A-Aduh, Ca! Sakit,"

"Makanya ini mulut tuh jangan porno-porno banget, heran deh," decih Asya sambil menunjuk bibir Rayhan. "Eh Mas, tapi aku khawatir."

"Khawatir apa?"

"Anu... Sebenarnya, sushinya. Anu, aku buatnya bukan tadi pagi, tapi tadi malam. Mungkin udah basi,"

Rayhan mengarahkan sumpitnya untuk mengambil salah satu sushi, dia menyuapkannya ke mulut. "Hmm, enak kok. Cuma agak berlendir dikit," tukasnya kemudian.

Asya meringis. "Udah jangan dimakan. Nanti Mas keracunan malah gawat!" panik Asya sebelum mulutnya terbungkam oleh brokoli mentah yang disuapkan oleh prianya. Dia merengut tidak suka.

"Ssst, udah diem. Mas nggak bakal gampang mati karena makanan basi doang. Sekarang kamu makan sayur sama buahnya, sebagai ganti kamu udah ngasih makanan basi ke Mas."

"Maaaaas!" Asya menggerutu pasrah. Mau tak mau dia memakan brokoli, kiwi, dan anggur yang disuapkan ke mulutnya itu. Merasa bersalah untuk suaminya.

Meski begitu, Asya bersyukur Rayhan tidak menyembunyikan fakta bahwa makanan buatannya itu tanpa cela. Dia paling tidak suka mendengar kebohongan, karena baginya, white lies sendiri bukan hal yang bagus untuk orang yang menerimanya.

"Tomatnya makan juga ya, Ca? Mas suapin. Spesial," tutur Rayhan dengan menahan senyum dan menaik-turunkan alisnya.

Asya merengek, "Aaah! Aku nggak ska tomat. Titik." Dia pun membuat gestur tangan agar Rayhan berhenti memaksanya memakan tomat, pun mengalihkan kepalanya agar sendok berisi tomat itu tidak menyapa mulutnya. Eugh!

"Harusnya kamu nggak bilang. Aku malah makin semangat maksa kalau gitu," Rayhan meletakkan buah tomat yang kecil itu ke dalam mulutnya. Setengah menggigit bagian dalam tomat agar tidak lepas dari cengkraman giginya.

Would You Still Love Me The Same?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang