11

1.2K 203 62
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

"Appa (Ayah)!"

Reeya berlarian dari tangga lantai dua begitu dia melihat Seokjin, lalu melompat ke dalam lengan Seokjin yang terbuka. Reeya dibawa Seokjin berputar dua kali sampai tawa Reeya yang renyah dan selalu menghantarkan kebahagiaan memenuhi ruang depan yang luas itu.

"Hari ini sampai Sabtu, Reeya ikut Ayah ke Hannam 'kan?"

"Iya, Sayang," jawab Seokjin, masih menggendong Reeya dengan satu lengan.

"Berarti Reeya benar, ibu yang salah."

"Hhmm?" Seokjin mengernyit, melirik bayangan Jiyeon yang muncul dari ruang tengah. Dia membawa Reeya duduk di sofa ruang depan, berbicara dari hati ke hati seperti yang biasa mereka lakukan semenjak Reeya lancar bicara.

Seokjin memang sangat sibuk bekerja, 24 jam rasanya tidak cukup untuk mengurus semua pekerjaannya. Seokjin tidak hafal dengan kegiatan Reeya sehari-hari, dia tidak tahu apa yang Reeya suka dan tidak, tetapi Seokjin selalu punya waktu untuk mendengar cerita putrinya. Reeya hobi bercerita, banyak bicara, kehadiran Reeya dengan segala cerita dan ekspresi lucu selalu mampu menguapkan segala beban yang tertumpuk di bahunya.

Orang-orang mungkin melihat Seokjin sebagai penguasaha berdarah dingin, kaku, diktator yang ditakuti para kompetitor. Tetapi di rumah Seokjin bersikap sangat lembut pada anak dan istrinya, walau menerapkan banyak aturan disiplin yang harus dipatuhi, tapi dia akan selalu menghargai keputusan orang-orang yang dia kasihi. Begitulah cara Seokjin mencintai dan menyayangi mereka.

"Hari Sabtu ibu mau ngajakin Reeya liburan ke Jepang, tapi Reeya ingat kalau hari Sabtu Reeya ikut Ayah dan Sera Eonni di Hannam."

Seokjin menunggu, dia tahu kalau masih ada hal lain yang sudah Jiyeon beritahukan pada Reeya. Padahal dia berencana memberi tahu Reeya dengan bahasa yang lebih halus, kalau sekarang dia dan Jiyeon sudah berpisah.

"Hari Sabtu Ayah beneran mau menikah dengan Sera eonni?"

"Ya," jawab Seokjin singkat. Memandangi putrinya, menunggu reaksi dari malaikat kecilnya dengan kekhawatiran dalam benak; Reeya terluka dan membencinya.

"Tapi Ayah tidak benci ibu, 'kan?"

"Tidak." Seokjin menggelengkan kepalanya susah payah.

"Ayah masih sayang sama ibu, meskipun sekarang Ayah juga sayang Sera eonni?"

"Ya." Seokjin menatap putrinya kian lekat, hatinya bagai teriris sembilu melihat kenyataan di usia 5 tahun Reeya sudah harus menerima kenyataan orangtuanya berpisah.

"Ayah tetap sayang Reeya juga, 'kan?"

"Tentu saja. Ayah sangat menyayangi Reeya, lebih dari siapa pun."

Tuan Kim dan Sang PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang