2

1.5K 217 61
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Pertama kali Seokjin bertemu Jiyeon adalah di acara ulang tahun Hoseok ke lima belas, gadis itu berlarian di halaman belakang berumput dengan gaun merah jambu mekar sepanjang lutut sambil membawa permen kapas. Aneh, pikir Seokjin, menyadari umur Jiyeon saat itu sudah 12 tahun tetapi bertingkah seperti anak kecil.

Seokjin melamunkan kenangan pertamanya itu, sementara dia berjalan ke ruang santai di mana Jiyeon tengah menerima telepon dari seseorang. Seokjin ditarik kembali ke 20 tahun lalu, saat Jiyeon memberi permen kapas sebagai ucapan perkenalan, tapi dia menolaknya.

"Aku tidak makan permen."

"Payah! Hoseok Oppa juga tidak suka permen padahal enak." Jiyeon mengamati Seokjin yang memandanginya dengan cara yang aneh. "Kau teman kakakku yang sombong itu, 'kan?"

"Apa kau bilang?"

"Sombong!" ulang Jiyeon, nadanya jengkel. "Anaknya paman Jongsuk, tumben sekali pulang ke Korea."

"Apa urusannya denganmu?"

"Tidak ada sih." Jiyeon mencibir, menarik kembali permen kapas yang sempat dia sodorkan pada Seokjin. "Ya sudah, lakukan sesukamu."

Keluarga Seokjin dan Hoseok sudah saling kenal sejak jaman kakek buyut mereka, sering bertemu di acara para chaebol dan menjalin hubungan baik. Pertemanan seperti itu lumrah di kalangan konglomerat, demi menjaga relasi dan mencari rekan bisnis. Seokjin dan Hoseok seumuran, mereka pernah berada di sekolah dasar yang sama, sebelum Seokjin dipindahkan ke London, mengikuti ibunya yang sedang menjalani pengobatan di sana.

Semenjak hari itu Seokjin dan Jiyeon tidak pernah bertemu lagi, sibuk dengan kehidupan masing-masing. Seokjin pindah dari London dan kembali ke Korea setelah menyelesaikan semua pendidikannya, tiga tahun semenjak ibu kandungnya meninggal dunia. Kemudian, mereka bertemu lagi dalam lingkup perjodohan yang mau tidak mau harus mereka setujui.

"Kenapa kau tidak menolak perjodohan kita?" tanya Seokjin pada Jiyeon.

"Memangnya apa yang bisa kulakukan?" Jiyeon melirik Seokjin yang duduk di seberang meja, dari atas gelas ice americano yang masih penuh. "Semua sudah diputuskan oleh ayahku, tidak ada yang bisa membantah keputusan itu kecuali aku mau dibuang."

Jiyeon diharuskan menikah dengan Seokjin, sebagai salah satu syarat akuisisi yang diajukan oleh pendiri Hyunjin Group. Di masa lalu, ada kontrak tidak tertulis yang mengharuskan para penerus perusahaan besar tidak menikah dengan orang luar. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan itu menjaga kedudukan teratas hanya untuk keturunan mereka, hal demikian lumrah dilakukan di kalangan pebisnis.

"Dibuang?"

"Oh, ayolah, Jin."

"Memangnya kenapa kalau kau keluar dari rumah?"

Tuan Kim dan Sang PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang