5. Kisah Mereka

191 19 1
                                    

Berlangsung sudah tiga minggu pasca resminya hubungan Shevia dan Antares menjadi sepasang kekasih. Atau seperti kakak kandung baru bagi seorang gadis cilik berusia lima tahun yang sekarang sedang duduk bersimpuh di hadapan seorang sahabat kecilnya. Bastian. Seorang pemuda baru saja keluar dari sebuah mobil, menghampiri Tania yang sedang asik-asiknya bermain ular tangga dengan Bastian.

"Hey, ayo pulang.... ada Kak Via dan Kak Ares di rumah nunggu kamu..." kata Rio membujuk Tania untuk pulang.

Tania menggeleng, "Tania macih mauk maen cama Bas, Kak..." kata Tania menggamit lengan Bastian, teman satu TK Tania.

"Aduuh, Bastian... kamu ngebolehin Tania pulang, kan? Ayo dong, bujuk pacar kamu ini biar mau pulaang..."

"Pacal? (Pacar?)" tanya Tania linglung. Rio meringis kecil, sadar omongannya barusan terlalu janggal di telinga bocah di hadapannya itu, "Bas, emangnya pacal itu apa?" tanya Tania pada Bastian. Cowok kecil berambut poni batok itu hanya mengangkat bahu.

"Pacar itu cakit bintik-bintik di tangaaan..." celetuk Bastian menunjuk lengannya.

Rio menaikkan sebelah alis, "itu 'cacar' Bastiaaan..." katanya sambil pasang muka garing. Ini bocah udah bisa ngelawak rupanya.

"Emangnya 'pacal' itu apa, Kak?" tanya Tania.

"Aduh, bukan apa-apa, kok Tan. Ayo buruan pulang!"

Tania menggeret tangannya yang tadi di tarik Rio, "nggak mau pulang!!"

"Aduuuh, Taniaaa... Kak Rio Cuma disuruh jemput kamu... ayolaaah... ntar Kakak beliin permen..." bujuk Rio.

"Udah punyak!" bentak Tania sambil memamerkan beberapa bungkus permen yang tadi dibagi Bastian.

"Eskrim stroberi kesukaan kamu deeh..."

"Udah punyak jugak! Tania punyak eskim banyak di kulkas tauuuk... bweek!"

"Terus kamu maunya apaaa?" Rio pasrah.

"Maunya, Kak Io kacih tau, pacal itu apa?!"

Ini bocah, kenapa jadi jago ngancem begini? Batin Rio.

"Okedeh, pacar itu kalo ada cowok sama cewek sering berdua, dan saling menyayangi. Itu namanya pacaran..."

Tania membentuk huruf 'o' pada bibirnya, lalu menoleh ke bastian, "belalti, Tania sama Bas pacalan..." ucapnya polos, sedang bastian hanya mengangguk –tak- mengerti.

Gubrak! Rio semakin meringis, "oke, sekarang kamu ikut kakak pulang yaa..."

"Oce!"

Akhirnya, Rio berhasil menggandeng kunyuk itu menuju Freed silvernya. Sambil merutuki diri sendiri, merutuki seseorang yang sudah menyuruhnya menjemput anak perempuan terkejam di dunia itu juga. Haalaaah...

***

Adalah cinta. Jawaban seseorang yang tak mampu mencerminkan perasaannya dengan verbal ataupun nominal. Dan setiap pantulan benda bening itu menjamin dengan pasti bahwa rasa yang dimiliki Antares adalah hal serupa. Kepada gadisnya tentu saja. Gadis yang sekarang sedang diam-diam ia perhatikan sedang duduk membelakanginya di ayunan putih. Antares menyandar di daun pintu geser, menikmati moment-momment saat sang angin mengibaskan rambut gadis di hadapannya itu perlahan, lalu jemari itu akan mengajak beberapa helai anak rambut kembali terselip di balik telinganya.

Suara berdenyit kasar terdengar, saat pintu yang Antares sandari tidak sengaja bergeser, menyadarkan gadis itu bahwa ada seseorang di balik punggungnya. Ia menoleh, dan mendapati pemuda dengan garis rahang yang tegas itu terlihat kelabakan atas intaiannya yang konangan.

I'm Sorry, S (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang