Sepuluh

7.6K 982 23
                                    


Dua laki-laki yang tidak masuk kriterianya tiba-tiba ada di hadapannya. Ia bukannya bingung memilih tapi Jasmine sebenarnya enggan menentukan pilihan. Keduanya jelas tak membuat jantung atau hatinya berdebar gila. Hal yang disebut cinta, yang muncul dengan tanda kupu-kupu berterbangan dari perut tak ada, malah isi perutnya minta dikeluarkan.

Jasmine berjongkok di wastafel, melihat tatanan rambutnya yang kacau di cermin setelah membasuh wajahnya dengan air dingin. Tak apa make upnya luntur. Jasmine meninggalkan kedua laki-laki potensial dijadikan kekasih, beradu mulut di tengah Club. Sedang ia malah kabur bersembunyi di kamar mandi sembari menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri.

Jasmine keluar dengan penampilan yang bisa dikatakan kacau. Ia bersumpah, terakhir kalinya menginjak tempat dengan tingkat kemesuman maksimal ini. Tapi baru menapak beberapa langkah, ia malah ditegur seseorang. "Lama banget kamu ke toiletnya?"

Satu laki-laki lagi, yang mungkin akan membuat wajah Jasmine  lecek layaknya uang gopek. "Kamu kenapa di sini? Jangan bilang kamu nungguin aku."

"Aku emang nungguin kamu. Aku gak bisa membiarkan wanita yang aku kenal dulu sebagai adik kecil anak tetangga sebelah. Harus pulang larut sendirian."

Alasan klise yang membuat Jasmine memutar bola matanya yang seindah warna madu itu dengan malas. "Baru juga jam 11. Taksi masih banyak, atau kendaraan online masih beroperasi. Jadi jangan lebay, oke?"

Nyatanya gadis gembul belasan tahun lalu itu keras kepala. Arya jadi ingat mengatai Jasmine dengan sebutan gendut seratus kali pun, perempuan itu tak akan berhenti makan coklat. "Aku antar!" Nada Arya seperti memerintah seorang anak buah. Jasmine semakin tak suka ketika Arya menarik lengannya. Perlakuan lelaki ini seperti bunglon. Kadang baik, kadang juga jahat tapi yang jelas satu. Lengan Jasmine serasa gemetaran hebat akibat Arya sentuh. Betapa dasyat kekuatan lelaki ini. Jasmine bukannya mencoba melepaskan diri tapi malah menikmati wajah tampan Arya yang terlihat dari sisi  kiri.

Sedang Arya menggeleng beberapa kali setelah menutup pintu mobil. Hanya karena seorang Jasmine. Ia rela meninggalkan rombongan temannya yang mungkin akan misuh-misuh saat mengetahui kalau ia pergi duluan. Tak apalah, mereka kan bisa pesan taksi terus kembali ke kantor mengambil mobil masing-masing. Salah siapa yang tadi mengusulkan hanya menggunakan satu mobil saja.

Sepanjang perjalanan ke apartemen Jasmine, keduanya enggan membuka mulut atau mengobrol kecil. Arya fokus menyetir, sedang janda itu malah sibuk membuang muka ke luar jendela. Jasmine sadar saat mencium aroma parfum serta keringat Arya yang berabu khas lelaki. Sesuatu dalam dirinya yang sengaja ia tahan lama bangkit kembali. Arya benar-benar pria berbahaya. Hanya memandang wajahnya, Jasmine terlena. Hanya karena mencium aroma maskulinnya, hasrat Jasmine jadi menggebu. Kalau otaknya sanggup Arya baca. Jasmine pasti saat ini minta turun saja di tengah jalan karena malu.

"Sudah sampai." Tanpa diperintah atau dibukakan pintu pun Jasmine akan keluar mobil. Tapi entah kenapa Arya sedikit sulit melepas janda itu lenyap dari hadapannya.

"Jasmine!!" Arya hampir memukul mulutnya karena sudah memanggil keras nama perempuan bebal itu.

"Iya, kenapa?"

"Ehmmm..." Arya dengan tololnya malah menggaruk rambut. "Hari Minggu kamu ada acara gak?"

Dahi Jasmine mengerut dalam serta matanya memicing. Dia tahu jika Arya akan mengajaknya jalan tapi kenapa tidak dari tadi saja pas mereka hanya berdua di mobil. "Gak, emang kenapa?"

"Aku pingin ngajak kamu jalan-jalan." Benar kan tebakannya. Jasmine sudah lama tak pernah berkencan dengan lawan jenis. Selain malas menjalin hubungan yang menurutnya hanya buang waktu, ia juga belum menemukan sosok yang pas. "Kamu mau?"

Tak ada salahnya bersenang-senang sekalian menguji seberapa besarnya pengaruh tubuhnya terhadap sosok Arya. "Boleh."

"Kalau begitu, besok hari minggu pagi  aku jemput ya?"

Jasmine menganggukkan kepala tanda setuju lalu melambaikan tangan sebelum masuk apartemen. Hanya begitu saja bisa membuat Arya berbalik girang dan hampir melompat senang. Tapi akhirnya pria itu hanya bersikap santai lalu masuk ke dalam mobil Pajeronya. Jasmine sendiri juga bingung dengan keputusannya yang bisa di katakan gegabah. Mengiyakan langsung ajakan Arya padahal kalau bersama lelaki lain, ajakan itu akan ia pending dalam waktu yang tak bisa ditentukan.

***

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang