Lima belas

8.2K 964 91
                                    


Mentari masih muncul malu-malu, panasnya belum menyengat sempurna. Tapi Jasmine sudah harus berjibagu dengan keringat. Arya memang lembut jika melakukan pendekatan tapi ketika lelaki itu menjadi guru beladiri. Kekejamannya timbul, Jasmine disuruh berlari, sit up dan juga pull up. Pemanasan yang benar-benar membakar kalori. Terus terang ia lebih suka berolahraga ringan seperti jalan atau berlari kecil.

"Terlalu lemah!!" Lihatlah pukulan Jasmine dianggap tak bertenaga. Pria itu berhasil menangkas dan juga menerima pukulannya dengan telapak tangan tanpa merasa sakit. Padahal nafas Jasmine sudah hampir putus.

"Istirahat mas."

Arya menggeleng pelan, menunjukkan penolakan. "Kamu perlu kerja keras. Kalau begini Herman pas datang, gampang nyerang kamu."
Kodratnya tenaga perempuan tak ada tandingannya bila di bandingkan dengan keperkasaan lelaki.

"Kurang keras apa sih latihan kita hari ini?" Jasmine memutar tutup botol, meneguk isinya hingga tinggal separuh. "Kira-kira berapa lama aku latihan supaya bisa jago bela diriku sendiri?"

"Setahun mungkin, lebih?" Mulut Jasmine yang kecil mungil menganga.

"Lama banget?"

"Itu pun kalau kamu gak latihan bakal lupa juga."

Jasmine langsung tak peduli, ia memilih merosot duduk di pembatas jalan. Sumpah badannya pegel semua. Latihan yang dibuat Arya benar-benar berat dan membuatnya lemas. "Ide mas kayaknya lebih bagus."

"Ide apaan?"

"Ide punya pasangan atau suami lagi?"

Arya mendadak hatinya berbunga-bunga. Perempuan ini harus berpikiran rasional. Memiliki pasangan hidup itu perlu, wanita memang di takdirkan menjadi lemah dan pria sebagai pelindungnya.
"Kira-kira kalau perempuan dapat suami lebih muda itu sah-sah aja mas?"

Arya melotot tak terima, karena tahu arah pembicaraan mereka ke siapa. "Kira-kira kalau suami kita itu lebih muda, hubungan kita ke depannya langgeng gak?"

Tangan Arya terulur. "Bangun!! Latihan lagi. Ngomong kamu makin ngaco."

Jasmine berdiri. "Ngaco gimana? Mas kan lihat pengorbanan Raka. Keberanian dia?"

Arya diam membisu, malas menjawab. Kalau pun mereka ada di posisi yang sama. Arya pun akan melakukannya.

"Aku kasih kamu cara buat mengantisipasi serangan."

Jasmine memutar bola mata, ia mau menjadi penonton. Melihat apa yang akan Arya ajarkan. Pria ini benar-benar membuatnya kesal. Ia juga aneh pada dirinya sendiri. Selama ini berdekatan atau cuma berdua dengan Arya, ia nyaman dan juga merasa terlindung.

"Kamu serang aku dari belakang. Dekap dari belakang atau tarik bahuku dari belakang."

Ia menurut, melakukan apa yang Arya interuksikan. Tapi ketika tangan Jasmine memegang bahu duda itu. Tangannya yang pegangannya cuma lemah langsung di tarik, tubuhnya di banting ke samping. "Aaa..." Arya serius menjatuhkannya ke tanah dan rasanya luar biasa sakit. Belum bisa bangun, bahunya jelas nyeri dan juga ia melihat Arya dengan mata memicing. Tatkala pria itu bukannya menolongnya, malah mengukung tubuhnya dengan dua lengan pria itu yang kokoh.

Arya dengan lancang mendaratkan satu ciuman singkat. "Daripada kamu cari suami yang jauh-jauh. Kenapa gak sama aku aja?"

Mata Jasmine yang bulat mrngerjab-ngerjab. Membangun hubungan kembali, bersama Arya. Pernah terlintas tapi tak ingin diwujudkan. Pria ini dalam kategori gila. Kesetiaan miliknya masih dipertanyakan. Jasmine juga tak yakin jika mencintai Arya lebih mudah dari pada mencintai Raka. Banyak rintangan dalam hubungan mereka nanti. Tapi bukannya setiap hubungan mengandung sebuah resiko.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang