Matahari belum muncul penuh. Semburat jingganya baru juga naik sepertiga. Tapi Jasmine sudah bangun dan bergegas ke kamar mandi. Ia sadar kalau tak tidur sendirian. Kamarnya yang di hiasi warna krem dan pastel itu kini menambah satu penghuni yang sedang tertidur pulas di bawah selimut hangat. Jasmine agak melanggar batas norma kemarin malam. Menyerang Arya dan berakhirlah mereka di atas ranjang dengan tubuh telanjang.
Ia duduk di depan cermin besar, menyisir rambutnya yang basah. Jasmine meraba bekas hickey yang tercetak jelas di sekitar area dada. Arya pintar, lelaki itu tak membuat tanda tempat terbuka agar nanti tak memalukan mereka berdua. Ketika Jasmine menyemprotkan hairtonik pada rambut. Alisnya mengerut mengawasi bayangan selimut bergerak yang terlihat pada kaca. Ternyata si pejantan tangguh sudah mulai bangun.
Arya mengucek matanya yang sebagian tertutupi kotoran mata. Ia mencoba menegakkan tubuh tapi punggungnya terasa pegal dan nyeri. "Morning..."
Arya meneguk ludah, tak jadi menegakkan punggung. Ia memijit pelipisnya ketika melihat tubuh Jasmine yang cuma tertutup handuk sepaha sedang duduk di kursi kotak. Arya teringat kejadian semalam. Kejadian di luar kendalinya, karena mereka sama-sama tak bisa mengendalikan diri. Bukan menyesal, ia tak mau di sebut lelaki brengsek yang cuma mau menikmati tubuh indah janda kembang itu.
"Udah hampir jam enam pagi. Kamu sebaiknya bangun terus mandi. Aku mau bikin sarapan. Bangun sekarang atau kamu bakal telat datang ke kantor." Arya tak berani melihat atau sekedar melirik padahal Jasmine santai saja melepas handuk lalu mengambil dalaman serta baju kantornya di dalam almari.
"Kamu bawa kemeja cadangan kan mas? Baju kamu kemarin aku udah masukin mesin cuci. Apa kita nanti beli kemeja dulu tapi kamu perginya pakai apa ya? Soalnya aku gak punya baju laki-laki.""Aku bawa kemeja dan celana di mobil." Arya berbicara sepelan mungkin untuk menutupi wajahnya yang memerah dan gugup. Tapi tanpa diduga, Jasmine malah menyibak selimutnya.
"Mas gak niat bangun?" Arya melotot saking kagetnya. Jasmine di hadapannya cuma memakai bra dan rok, kemeja perempuan ini belum terpakai. Ia jadi ingat adegan panas semalam. Pantas Herman sulit melepas Jasmine. Tubuh kekasih Arya itu mempunyai lekuk sempurna dan seksi di beberapa tempat. Belum lagi gerakan wanita ini saat memacunya semalam. Mengingat itu bagian tubuh bawah Arya berdiri. Oh sialan!!
"Aku mau mandi sekarang." Jasmine hanya tersenyum lalu mengacungkan dua jempolnya.
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
Masuk ke kantor untuk pertama kali di antar Arya sampai di depan gedung. Walau was-was, untunglah Jasmine tak bertemu teman satu divisinya. Cuma bertemu Leo yang mengantar Kinan, membuatnya hampir terkena serangan jantung.
Ia kira tak ada masalah setelah masuk ruangan tanpa dicurigai siapa pun. tapi ternyata rambut basahnya di pagi hari mendatangkan banyak tanda tanya serta mengundang perhatian beberapa pasang mata.
"Wah rambut lo tumben setengah basah di pagi hari. Semalam lo ngapain?" Pertanyaan dari Yusuf memang cuma candaan tapi seperti sebuah sindiran telak. Sialan memang, salah sendiri hair dryer-nya malah rusak saat dibutuhkan."Lagi pingin keramas aja, soalnya kepala gue gatel."
"Tumben? Lo kan paling gak suka keramas pagi-pagi?" Kini pandangan Nurma yang menyipit, mencari kejujuran tapi salah di artikan oleh Jasmine. Perempuan itu panik sendiri, lalu mengambil kaca kecil. Tadi pagi ia sudah meneliti, jika di lehernya tak ada tanda cinta.
"Gatal banget rambut gue." Tanpa sadar Jasmine menggaruk leher yang tak gatal.
"Ada kutunya?"
Pertanyaan tak bermoral, mana mungkin di usianya yang dewasa. Kutu bisa hinggap. Rambutnya selalu ia rawat dan di jamah kapster salon. "Enak aja lo!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
RomanceJadi Janda siapa takut! Itu yang ada dipikiran Jasmine ketika palu hakim sidang perceraiannya diketuk. Empat tahun ia menjadi istri seorang tanpa bahagia, tanpa anak dan dibebani dengan derita. Jasmine melenggang layaknya singgel lagi padahal hatin...