DUA PULUH

10.9K 1K 40
                                    

Kesalahan seseorang bukan untuk diungkit atau dikuliti. Seorang manusia biasa, pastilah pernah khilaf. Yang terpenting setelah melakukan kesalahan mau memperbaiki. Tapi kadang Jasmine lupa hidup di tempat manusia maha suci berada padahal di dalam agamanya sifat nyinyir dilarang dilestarikan.

Jasmine mengamati pemandangan dari jendela apartemennya. Tak ada yang istimewa, cuma ada lampu yang sebagian menyala dan dimatikan. Kalau malam keadaan sunyi, walau ia berada di kota metropolitan.

Hari ini sungguh hatinya lelah sekali. Nasehat Kinan jelas menjadi pikiran. Ucapan wanita yang lebih tua darinya itu benar. Bahwa bagaimana pun kekhilafan Arya dulu. Itu bukan sesuatu yang harus dijadikan momok menakutkan. Arya pernah khilaf tapi tak sampai jauh. Jasmine juga harusnya menyadari jika dirinya bukanlah wanita tanpa noda. Kinan tak mempermasalahkan hubungannya dengan Arya, mereka sama-sama single.

Hari ini juga ibunya menelpon, mengabari jika adik tirinya mau masuk sekolah dan butuh biaya. Lalu Jasmine harus apa? Adiknya itu penyebab kedua orang tuanya berpisah, adiknya penyebab kemalangan untuk adiknya yang lain. Seorang ibu, panutan untuk anak perempuan tapi bagi Jasmine ibunya seperti jelaga dalam hidupnya. Sebutan anak durhaka mungkin cocok untuknya tapi siapa yang mulai duluan.

Jasmine memijit pelipis, kadang ajaran agama bertabrakan dengan realita hidup. Ia hembuskan nafas lelah, hingga membentuk embun di kaca jendela . Sebuah tangan kokoh melingkar di pinggang, diiringi kecupan basah pada lekukan bahunya yang cuma dihiasi tali  satin tipis.

"Gak bisa tidur? Aku bangun karena gak ada kamu di sampingku. Aku pikir kamu ke dapur, ngambil minum. Tapi malah ngelamun di sini. Apa ada yang sedang kamu pikirkan?"

Jasmine mengulurkan tangan, membelai rahang Arya yang dihiasi bulu jambang yang agak lebat, mungkin pria ini lupa mencukurnya. Terus terang ia malah suka. Arya terlihat begitu maskulin dan juga gagah, apalagi ketika bulu-bulu yang panjangnya tak lebih dari 1 cm ini menggelitik pipinya, terasa geli-geli enak.

"Gak ada apa-apa." Tak semua harus diungkap. Jasmine tak tahu hubungannya akan berakhir kapan. Paling aman menyimpan risalah hatinya untuk dirinya sendiri.

"Besok Sabtu, perusahaan mengadakan pesta. Kamu bersedia ikut? Sekalian kita go publik?"

Dahi Jasmine membentuk cekungan tipis. Matanya yang bulat itu berkedip sesaat. Arya memohon dengan penuh harap. Apa susahnya mengumumkan hubungan mereka, toh semua temannya juga sudah tahu. "Baiklah, tapi aku juga punya permintaan."

"Apa?"

"Maaf, aku sudah go publik duluan karena tingkah konyol Mas kemarin yang tiba-tiba menyeretku pulang, membuat temanku curiga dan pada akhirnya mereka minta traktiran makan." Sebutan Mas membuat hati Arya bergetar hebat, Jasmine dalam mode merayu pasti selalu menggunakan kata mujarab itu.

Arya dengan gemas menjepit hidung mancungnya, menggoyangnya sedikit. "Itu masalah kecil."

Tapi setelah ini Arya yang malah mendapat masalah besar ketika kedua tangan Jasmine melingkar pada lehernya. Wajah mereka sama-sama maju dan mengikis jarak. Walau sudah berkali-kali menyicip bibir Jasmine, tapi ia tak merasa bosan malah bibir yang tipis di bagian atas dan tebal di bagian bawah ini membuatnya kecanduan dan merasa kehausan.

Arya sekarang tahu, kenapa Herman ngotot mengejar perempuan ini. Selain cantik, lekuk tubuh Jasmine juga sempurna dan begitu indah saat tak memakai sehelai kain pun. Bukan cuma itu, Jasmine seperti kuda liar bila di atas ranjang. Arya tak pernah merasakan seks sehebat ini, meski bersama Almarhum istrinya dulu.

Jasmine memberinya pengalaman lain dan kekuatan ekstra ketika keduanya bergumul. Arya bahkan kadang kehilangan kendali diri dan sering berbuat ceroboh dengan melupakan pengaman. Keduanya sudah sama-sama dewasa. Seks bukan hal yang tabu, toh Arya dan Jasmine pernah mengarungi biduk rumah tangga walau  karam.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang