Obor Abadi

187 16 3
                                    

Malam ini adalah malam Sabtu, di mana rutinitas Cakra adalah bermain. Ponsel Cakra bergetar berkali-kali, menggangunya yang sedang bermain game di ponselnya.

Incoming Call

Syilla

"Apaan?"

Assalamualaikum

"Iya lupa, waalaikumussalam"

Besok lo basket jam delapan, 'kan?

"Iya bareng, iya tau. Aku sudah paham kamu, nak Syilla"

Asik Cakra peka

"Iya gue jemput jam setengah delapan ya"

Siap bosku

"Udah jam sebelas, lo ngga tidur?"

Mau tidur sih, tapi ngga bisa, kayaknya lagi ada yang mikirin gue

"Geer banget dasar, iya mikirin utang lo belum dibayar. Udah sana tidur, ini gue berenti deh mikirin lo"

Nah! Ketauan nih yang lagi mikirin gue siapa

"Ya itu mah biar lo cepet tidur aja sih, daripada besok gue jemput malah baru bangun lo-nya"

Ya udah gue tidur nih, nyanyiin gue dari jauh ya

Hubungan telepon diputus secara sepihak oleh Cakra. Ia tersenyum seraya menekan tombol keluar dari game yang tadi sedang serius dimainkan itu. Kemudian ia mengambil gitar hitam di samping ranjang.

Ku tuliskan kenangan tentang caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu
Takkan habis sejuta lagu untuk menceritakan cantikmu
'Kan teramat panjang puisi 'tuk menyuratkan cinta ini

*

"Eh Cakra, ganteng amat, mau ngapel kali?" tanya Syilla sambil mengenakan helm.

"Lah lo sendiri, wangi amat? Mau kondangan kali?" tanya Cakra sambil tertawa kecil.

"Udah ah, yuk" Syilla berhasil duduk di jok penumpang.

*

"La, lo kuat ikut drum band?" tanya Cakra sambil melepaskan kaitan helm Syilla.

"Kuat dong, 'kan energi gue itu lo" kata Syilla.

"Kampret! Gombal mulu, lepas sendiri lah helmnya" Cakra beralih ke kunci motor yang masih menyangkut di motor.

"Galak" Syilla mendengus kesal sambil melepas helmnya.

Syilla meletakkan helm di spion kiri, kemudian berjalan cepat mendahului Cakra yang masih sibuk dengan jaket abu-abu bertali merah yang keramat itu.

"Astaga cewek ini kok ngambek aja bisanya" Cakra mengejar Syilla kemudian memblokir jalannya dari depan.

"Apa sih?" Syilla berhenti dengan wajah bingung.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang