Bukan Taruhan

729 26 0
                                    

"Bawa" Agra memberi setumpuk kertas kepada Nata.

"Dih jahat, kan gue cewek" kata Nata.

"Gue ketua kelas dan gue berhak nyuruh siapapun" kata Agra.

"Penyalahgunaan jabatan tuh" kata Nata.

"Bodo. Bawa. Lo harus fair" Agra jalan mendahului Nata. Sedangkan Nata di belakang nya masih sibuk menata kertas-kertas yang ia pegang agar lebih rapi.

"Gue mau ke kantin, lo wajib bawa itu ke kelas" Agra menoleh. Kemudian ia berbelok ke kiri menuruni tangga untuk menuju kantin.

"Jahat, jelek, huh dasar Agra" kata Nata.

*

Detak jam dinding di kelas Nata terdengar begitu jelas ketika seluruh murid di kelas itu sedang mengisi jawaban atas soal-soal ulangan harian Matematika Wajib di jam terakhir pelajaran.

Agra, terlihat sangat santai saat mengerjakan. Berbeda dengan Nata, ia terlihat berpikir keras tetapi tangan nya tak berhenti menulis jawaban.

Agra dan Nata

Dua orang siswa kelas 11 IPA 2 yang mejabat sebagai Ketua Kelas dan Wakil Ketua Kelas. Dikarenakan Agra yang mendapat ranking pertama dan juga Nata yang mendapat ranking kedua.

"Yang sudah selesai boleh langsung pulang" kata Pak Salim.

Mendengar kalimat itu, seisi kelas pun mengaduh karena baru saja sekitar dua puluh menit mereka mengerjakan ulangan itu.

Nata, ia lah murid yang pertama kali mengumpulkan ulangan di menit dua puluh lima. Seisi kelas terkagum-kagum. Nata langsung merapikan alat tulis nya dan memasukkan nya ke dalam tas, kemudian ia keluar kelas setelah mencium punggung tangan Pak Salim. Ia keluar dengan wajah kemenangan, wajahnya tertuju pada Agra yang daritadi memperhatikan Nata sejak Nata mengumpulkan kertas ulangan.

Dengan cepat Agra pun mengisi satu nomor terakhir. Kurang dari dua menit, seluruh soal selesai ia kerjakan dan langsung merapikan alat tulis serta memasukkan nya ke dalam tas. Kemudian ia mengumpulkan ulangan nya sekaligus keluar kelas.

"Bener ngga tuh ngisi nya?" Agra bersedekap sambil bersandar di dinding balkon.

"Lo gimana? Gue sih yakin gue bener semua" kata Nata.

"Takabur amat" Agra tertawa renyah.

"Gue itu optimis bukan takabur. Sok tau sih lo" kata Nata.

"Walaupun lo ngumpulin duluan, ngga menentukan nilai lo bakal lebih bagus dari gue. Liat aja lusa, pasti bakal dibagiin tuh ulangan" kata Agra.

"Oke, siapa takut" kata Nata.

*

"Nata. Sembilan puluh enam"
"Agra. Sembilan puluh enam"
Kata Pak Salim

"Huh jodoh dasar, nilai sama mulu padahal duduk nya jauh banget" kata Rena.

Selalu seperti itu, nilai Nata dan Agra selalu balap-membalap.

Semenjak saat itu, mereka membuat kesepakatan. Siapa yang mengumpulkan lebih dulu dan nilai nya lebih bagus, yang lain nya harus mengalah. Siapa yang mengumpulkan lebih dulu tapi nilai nya sama atau lebih kecil, ia lah yang harus mengalah.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang