Hati Kita Sama

229 9 2
                                    

Mungkin bagi kebanyakan orang masalah ini adalah hal yang sepele, tapi bagi beberapa orang yang lainnya, masalah ini adalah hal yang cukup bisa mengubah hidup mereka.

~

Di tengah sejuknya pagi, seorang laki-laki tengah merapikan selang setelah menyiram tanaman. Ia bergegas ke kamar untuk berganti baju dan segera memanaskan motor sambil sarapan.

Pagi ini ada jadwal kuliah pukul delapan. Membutuhkan waktu tempuh sekitar tiga puluh menit untuk bisa tiba di kampus dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit.

Setelah sarapannya habis, ia mencuci sendiri piring serta sendok yang tadi ia gunakan. Tak lama, ia langsung mengenakan kaus kaki, sepatu, lalu langsung mengendarai motornya untuk menuju kampus. Sebelum mengenakan kaus kaki ia sudah sempat salam kepada ibunya.

Baru saja berjarak sepuluh menit dari rumahnya yang sejuk, ia sudah mendapatkan aroma tidak enak dari asap knalpot kendaraan yang ikut terkena macet bersamanya. Mau mengeluh pun tidak akan mengubah keadaan, ia juga terbiasa dengan situasi seperti ini.

Pukul tujuh lebih tiga puluh enam menit ia sudah tiba di kelas yang masih cukup sepi, baru ada tiga mahasiswa sebelumnya.

Oh ya, namanya Dhika. Mahasiswa semester dua dari kampus cukup terkenal. Kita tak perlu tau di mana ia berkuliah.

Dhika berstatus pacaran dengan perempuan yang satu jurusan bahkan satu kelas dengannya, panggil saja Ara.

Kalau diceritakan, Dhika dan Ara memiliki kepribadian yang cukup berbeda. Dhika yang introvert dan Ara yang extrovert. Dhika yang punya sedikit saja teman dekat perempuan dan Ara yang punya sangat banyak teman dekat laki-laki. Dhika yang mudah cemburu dan Ara yang selalu biasa saja. Dhika yang lebih suka berdiam di rumah dan Ara yang selalu tidak betah berdiam di rumah.

Pukul delapan, dosen memasuki kelas dan memulai kuliah. Pukul sepuluh kurang dua puluh menit kelas selesai. Tak ada tugas yang diberikan, dosen hanya berharap seluruh mahasiswa di kelas tadi bisa memahami materi dengan baik.

"Kantin yuk?" ajak Dhika.

"Mau makan sama mereka nih" jawab Ara sambil menujuk teman-temannya.

"Oh gitu, ya udah gue makan sendiri" Dhika sebenarnya hanya tidak bisa connect dengan obrolan circle Ara, apalagi inside jokes-nya, Dhika tak ingin jadi patung yang hanya diam sambil mendengar pasangannya bercanda.

"Ikut aja sini" kata Ara.

Tapi di sisi lain juga Dhika tak ingin menolak ajakan Ara karena Dhika selalu ingin menghabiskan waktu bersama Ara selagi ia mampu.

"Hmm ya udah sebentar" Dhika menghampiri teman-temannya dan berkata bahwa ia ingin makan bersama Ara. Sudah pasti teman-temannya itu memaklumi, karena mereka juga yang membantu Dhika untuk dekat dengan Ara dulu.

Di circle Ara, ada beberapa laki-laki yang pernah membuat Dhika cemburu. Walau memang sebetulnya tak pernah ada apa-apa antara Ara dan teman laki-lakinya, tapi Dhika tetap saja cemburu dan ia memilih untuk diam.

Dhika kembali menghampiri Ara kemudian mereka berjalan ke kantin bersama-sama. Dhika dan Ara berjalan di barisan paling belakang. Walau Dhika tak bisa connect dengan obrolan Ara dan teman-temannya, tapi ada satu orang laki-laki dari circle Ara yang memang teman mengobrol Dhika juga, jadi Dhika masih berani untuk bergabung dengan Ara.

Kantin belum seramai biasanya, jadi gerombolan Ara bisa duduk di tempat yang nyaman. Kalau tak dapat tempat yang nyaman, mungkin bisa dapat duduk di bawah tenda yang sudah bolong atapnya dan bisa membuat meja jadi kotor berkat daun-daun di atas tenda yang berjatuhan.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang