Dua puluh empat bulan bersamamu rupanya tidak menjamin aku untuk dijadikan priotitas.
Padahal, sejak bulan pertama, kamu selalu jadi prioritasku. Catat itu: selalu.
Dua puluh empat bulan bersamamu juga rupanya tidak menjamin aku untuk diberikan segalanya.
Padahal, sejak bulan pertama, kamu selalu kuberikan segalanya. Catat itu: segalanya.
Dua puluh empat bulan bersamamu juga rupanya tidak menjamin aku dapat perhatian sepenuhnya.
Padahal, sejak bulan pertama, kamu selalu kuperhatikan sepenuhnya. Catat itu: sepenuhnya.
Lantas, apakah dua puluh empat bulan bersamamu juga tidak menjamin kamu akan mencintaiku?
Padahal... aku sudah mencintaimu sejak bulan pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantung Prosa Berjudul Patah Hati
PoetrySudah bukan sebuah rahasia bahwa tiap-tiap hati yang jatuh, pasti akan patah. Risikonya memang begitu, dan kabar buruknya adalah: Ini terjadi padaku. Maka akan kutuliskan sekantung prosa berjudul patah hati. © September 2017 by Kansa Airlangga