Mereka bilang, kita hanya teman. Aku tahu, kamu dan aku memang hanya teman, dan aku tidak berhak membantah pernyataan mereka.
Namun apakah kamu tahu, terkadang ini terasa sakit?
Berpikir dan menerima kenyataan bahwa kamu dan aku memang hanya sebatas teman.
Padahal kamu dan aku sudah melewati terlalu banyak hal bersama, di bawah mentari superterik, di bawah awan kelabu yang mendung di bawah rintik hujan yang menghunjam, sampai di bawah badai yang diiringi dengan angin.
Lihat, kamu dan aku seperti bukan sekadar teman. Kamu dan aku pantasnya memiliki kepastian lebih daripada sekadar sepasang teman.
Namun tak apa, aku masih menerima. Selama kamu tetap ada, apapun statusnya—bahkan sekalipun tidak ada—aku baik-baik saja.
Siapa yang tahu, teman hari ini bisa menjadi teman hidup bertahun-tahun yang akan datang nanti.
Iya, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantung Prosa Berjudul Patah Hati
PoesiaSudah bukan sebuah rahasia bahwa tiap-tiap hati yang jatuh, pasti akan patah. Risikonya memang begitu, dan kabar buruknya adalah: Ini terjadi padaku. Maka akan kutuliskan sekantung prosa berjudul patah hati. © September 2017 by Kansa Airlangga