Logikamu mungkin bisa selalu masuk akal. Kamu pergi dengan seribu alasan yang tercantum dalam benakmu. Kamu selalu mengedepankan logika, seperti orang cerdas katanya.
Padahal ini tidak hanya menyangkutpautkan logika. Namun juga dengan hati. Ke mana hatimu, yang kuyakin, memiliki setidaknya satu alasan kuat untuk mempertahankan.
Ke mana hatimu? Atau hati lembutmu itu sudah berpindah tangan? Lantas itu artinya, aku bukan lagi satu-satunya pemilik hatimu?
Lalu siapa?
Siapa yang memilikinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantung Prosa Berjudul Patah Hati
PoetrySudah bukan sebuah rahasia bahwa tiap-tiap hati yang jatuh, pasti akan patah. Risikonya memang begitu, dan kabar buruknya adalah: Ini terjadi padaku. Maka akan kutuliskan sekantung prosa berjudul patah hati. © September 2017 by Kansa Airlangga