"Jungkook!"
Gadis itu sedikit berteriak, suaranya kini bertarung dengan alunan musik elektronik yang begitu kencang.
Jeon Jungkook menoleh, tungkainya berjalan menghampiri gadis itu.
Butuh waktu lama untuk menempuh tempat gadis berpijak, dikarenakan banyaknya mahasiswa yang terkapar di lantai.
Jungkook menaikkan sebelah alisnya, ia sedikit mencondongkan tubuhnya agar suara gadis tersebut terdengar olehnya.
"Temanku mabuk berat. Aku lupa kalau ia tidak boleh minum terlalu banyak,"
Jungkook tidak bergeming. Ia menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya.
Gadis itu menghela napas panjang, "maukah kau membawanya ke apartemennya?"
Jungkook masih diam, dirinya terlihat sedang berpikir.
"Kumohon... aku janji ini adalah yang terakhir," gadis itu terus memohon pada Jungkook.
Jungkook membuang napas berat, ia menganggukan kepalanya ringan. Hal itu membuat gadis di hadapannya tersenyum lega.
Gadis itu kemudian menuntun Jungkook menuju tempat temannya yang sedang terkapar dibawah efek alkohol.
Jungkook mengangkat gadis itu, membawanya dalam gendongannya. Gadis itu sedikit terganggu dengan gerakan Jungkook, ia hampir terjatuh dalam gendongan Jungkook.
"Aku sudah memberi tahu alamatnya lewat pesan,"
Jungkook kembali mengangguk. Kemudian kedua tungkainya kini berjalan menuju alat transportasinya berada.
"Ah! Tapi Jungkook..."
Terlambat. Punggung Jungkook sudah hilang dari pandangan Areum, ia sudah berjalan keluar dari kediamannya.
Areum lupa, ada satu hal yang Jungkook harus tahu mengenai gadis itu.
•••
Pip
Setelah berhasil memasukkan empat digit nomor dengan susah payah, Jungkook akhirnya dapat masuk ke dalam apartemen gadis itu.
Gadis itu masih tertidur, selama perjalanan ia juga tak kunjung bangun. Efek alkohol sangat berpengaruh baginya.
Jungkook terlihat takjub begitu ia melangkah masuk ke dalam apartemen gadis itu. Ia tak pernah menyangka gadis ini menyukai warna putih, juga ia sangat rapi.
Namun, Jungkook tak memiliki banyak waktu untuk mengagumi seisi ruangan itu. Ia harus merebahkan gadis dalam gendongannya itu.
Menghela napas panjang, tungkai Jungkook melangkah menuju kamar tidur, ia merebahkan perlahan gadis itu di atas ranjangnya. Jungkook khawatir gadis itu akan terbangun, ia begitu hati-hati dalam memindahkan tubuh gadis itu.
Pemuda itu lalu membuka sepatu yang tengah melekat pada gadis itu, ia menarik selimutnya hingga ceruk leher si gadis. Juga, sebelum ia benar-benar keluar dari kamar tidur itu, ia menekan tombol off pada saklar lampu.
Jungkook menghela napas lega, tugas ia yang terakhir selesai.
Kedua kaki jenjang Jungkook mulai berjalan keluar dari ruang kamar tidur. Namun, suara seorang gadis membuat langkahnya terhenti.
Jungkook bergerak cepat menuju ruangan itu, kedua netranya menangkap seorang gadis tengah terisak dengan kedua telapak tangannya yang menutupi seluruh wajah.
Pemuda itu kini dilanda panik. Salah satu kelemahan Jungkook adalah pada gadis yang menangis.
Jungkook mendekat ke arah gadis itu, ia duduk di tepi ranjang. Ia cukup kebingungan. Pasalnya, Jungkook tidak mengenal apapun tentang gadis itu. Bahkan, ia juga tidak tahu siapa namanya.
Tangis gadis itu semakin membesar, membuat Jungkook mendesah pasrah.
"A-aku takut..."
Jungkook menarik gadis itu masuk ke dalam rengkuhannya, tangannya bergerak mengusap lembut puncak kepala gadis itu, dan berbisik pelan di telinganya, "Sstt... jangan menangis, hm, ada aku di sini."
Pemuda itu tidak peduli, entah dekapannya membantu atau tidak. Ia hanya ingin gadis itu berhenti terisak.
Tangisan gadis itu kian membesar tatkala Jungkook mengeratkan dekapannya. Ia juga terus mengusap lembut surai hitam gadis itu.
"Tak perlu takut, ada aku di sini..." Pemuda itu tak berhenti berbisik pelan, guna meredam tangis gadis itu.
Gadis itu cukup lama terisak, hingga Jungkook tak sadar bahwa ia tertidur dalam rengkuhannya. Jungkook kembali merebahkan gadis itu, dan memberinya selimut hangat.
Jungkook menghela napas panjang, ia kembali berdiri tegap. Langkahnya seketika terhenti saat jemari gadis itu menahan kuat ujung pakaiannya.
"Jangan pergi, kumohon," gadis itu berbisik dalam tidurnya.
Jungkook diam, ia mengerutkan kedua alisnya.
Bulir airmata jatuh membasahi wajah gadis itu, ia kembali menangis tersedu. Hal yang Jungkook takutkan kembali terjadi.
Pemuda itu benar-benar tak memiliki pilihan lain, ia merangkak ke atas ranjang, ikut membaringkan tubuhnya di samping gadis itu. Jungkook menarik gadis itu, kembali membawanya ke dalam rengkuhannya, tangannya ikut mengusap pelan puncak kepala gadis itu.
"Ssstt... hei, aku tidak pergi, hm. Jangan menangis lagi," bisikan-bisikan lembut Jungkook masuk ke dalam telinga gadis itu, membuatnya sedikit tenang.
Ah, ini terlalu jauh Jungkook! Aku harus pergi sebelum fajar terbit. Tidak, sebelum gadis ini bangun, batin Jungkook.
"Ah, namamu..."
Hai Readers! Semoga suka sama ceritaku yang ini. Maaf kalau bahasanya belum bagus, aku masih belajar. ✌️
Oh iya, aku bakal seneng banget kalau ada yang comment-in cerita ini, apalagi di vote. :'v anyway, makasih yang udah mau baca.
사랑.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Feeling
FanfictionSeperti ia membawa dirimu masuk ke dalam dunianya, begitulah yang dirasakan oleh Kim Haeun kala kedua maniknya bertemu dengan manik hitam jelaga pemuda tersebut. Rasanya, napasmu tercekat beberapa kali, bahkan tubuhmu refleks membeku tatkala bibir...