Ia kembali tersenyum.
Pantulan tubuh semampainya pada cermin sukses besar membuat senyumannya merekah beberapa kali. Iris hazelnya hilang ditelan lengkungan kedua sudut mata tersebut.
Gadis tersebut senang bukan main. Sebab ia telah mengalami kejadian yang cukup membanggakan. Salah satunya adalah, ketika Tuan Choi menerima tugasnya dan memberinya nilai sempurna. Haeun sejujurnya agak bingung, Tuan Choi tidak mengomelinya atau bahkan memberi kritik tentang tugasnya. Pria tersebut hanya mengembalikan lembaran kertas milik Haeun dengan senyum tipis–yang mungkin saja bukan sebuah senyuman. Tapi, yah, setidaknya hal yang Haeun nantikan sejak dahulu kini telah terjadi.
"Kau gila," Suara seseorang berhasil memecah keheningan. "Berhenti tersenyum. Kau membuatku takut."
Haeun merotasikan bola matanya. Sedikit menoleh dan mendengus sebelum berbicara. "Bisa kau diam, Han Areum? Aku bosan mendengarmu berkata 'kau membuatku takut'. Asal kau tahu, aku ini manusia, bukan hantu, oke?"
Sementara Areum terkekeh geli, Haeun telah kembali sibuk dengan cerminnya. Ia menggumamkan harmoni favoritnya seraya menarik surai hitamnya dan mengikatnya menjadi bun. Menghapus riasan make-up tipis dan mengganti pakaian kerjanya dengan mantel mandi.
Han Areum masih di sana, duduk di tepi ranjang dan belum berhenti menertawakan temannya sendiri. Menurutnya, Haeun selalu bertingkah konyol setelah Tuan Choi memberinya nilai sempurna. Gadis tersebut terus membanggakan dirinya pada Areum, Seokjin dan Taehyung. Bahkan Areum sempat memiliki pendapat bahwa Haeun menggagumi sosok Tuan Choi.
"Kau tidak menyukainya, 'kan?"
Haeun membalikkan tubuhnya, kedua alisnya menyatu. "Huh, siapa?"
"Dia," Areum melirik keadaan sekitar dan berbisik sangat pelan. "Tuan Choi."
"Astaga, Han Areum. Aku tidak mungkin menyukai pria yang agak sinting itu! Lagipula, beliau juga sudah memiliki seorang istri."
"Kurasa itu bukan masalah. Kau bisa saja menikahinya dan–"
Areum kembali menggoda Haeun, tetapi suara dering bel berhasil menginterupsi ucapannya. Sehingga ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan meminta Haeun untuk membuka daun pintu flatnya. Haeun hanya mengangguk dan mulai mengambil langkah menuju ruang depan. Areum mengikuti, sebab ia juga dilanda rasa penasaran.
Gadis dengan iris hazel tersebut menarik daun pintu, dan setelah pintu sedikit terbuka, ia meloloskan kepalanya untuk melihat sosok tersebut. Tak butuh waktu lama, Haeun kembali dan melemparkan tatapan tidak percaya pada Areum. Rahangnya sedikit terbuka, kedua bola hitamnya melebar. Bak melihat hantu tanpa wajah di malam hari, begitulah air muka Haeun saat ini.
Temannya–Areum–mengerutkan kening seraya menggerakkan bibir, berbicara tanpa suara. "Siapa? Hantu?" Tanyanya.
"Bukan. Itu Jeon Jungkook." Haeun ikut berbisik, meminimalisir suara agar tidak terdengar oleh pemilik nama.
Areum mengangguk ringan sebelum beranjak dari tempatnya. "Baik. Aku tidak ingin menganggu kalian, jadi aku pergi dulu." Areum membuka pintu lebih lebar dan benda tersebut menampilkan presensi Jeon Jungkook tengah berdiri dengan kedua lengan bersedekap.
Han Areum menyapa pemuda tersebut tatkala kedua maniknya bertemu. Setelah Jungkook balik melemparkan sapaan, Areum membungkuk dan segera beranjak. Langkahnya bergerak dengan cepat, seperti sedang terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Feeling
FanfictionSeperti ia membawa dirimu masuk ke dalam dunianya, begitulah yang dirasakan oleh Kim Haeun kala kedua maniknya bertemu dengan manik hitam jelaga pemuda tersebut. Rasanya, napasmu tercekat beberapa kali, bahkan tubuhmu refleks membeku tatkala bibir...