3.

35 21 1
                                    

Dulu, kita ada disatu jalur. Berjalan beriringan mengikuti alur.

Terkadang kita tertawa, melihat apa-apa yang nampak lucu. 
Terkadang kita menangis, menyadari ada kisah sedih disetiap sisi.
Terkadang kita diam, menikmati rindu yang menyeruak dalam hening.
Terkadang kita tak bicara dan saling buang muka, namun tetap melangkah sembari menyembuhkan luka.

Dulu, kita berjalan maju sebagaimana mestinya;terjal, landai, lika-liku, laju seimbang.

Tapi semua mendadak berubah ketika kita dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu mendapati persimpangan diujung jalan.

Kita mulai bingung; mengambil dua arah yang berbeda, kembali ke jalur sebelumnya atau bertahan dititik ini dan tidak kemana-mana.

Haruskah kamu kekiri  mengikutiku? Atau aku bertahan denganmu dikanan?
Kita semakin bimbang namun juga tak ingin kembali kebelakang

Mungkin lebih baik aku disini dan kamu disana. Bersisian namun sendirian.

Boleh jadi ini akan mempertemukan kita (lagi) disatu jalur yang sama,
Atau membawa kita kearah dua mata angin yang berbeda

NightthinkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang