Aku membuka mataku pelan-pelan sembari menyesuaikan cahaya yang masuk. Aku menyapu pandangan di sekeliling.
Ini di hutan yang lebat.
Kenapa aku di hutan?
"Lo udah sadar?"
Sebuah suara yang sangat familiar memasuki telinga ku. Aku menoleh ke samping mendapati wajah Farrel yang tersenyum lega.
"Kita di mana kak?"
Sebelum kak Farrel menjawab aku langsung teringat kejadian tadi malam saat kami pulang dari lomba basket, hingga kami bisa nyasar sampe ke sini. Tapi ada yang aneh?
Kenapa sekarang ada matahari?
Sedangkan tadi sebelum pingsan baru saja malam datang?
Apa akunya aja yang terlalu lama pingsan?
"Mana yang lain kak?" aku tak memberi waktu Farrel menjawab pertanyaanku yang pertama.
"Mereka hilang." lirih Farrel pelan.
Tak lama aku terkejut saat melihat penampilan Farrel berubah. Bukan, maksudku bajunya yang berubah. Berubah menjadi baju sangat aneh.
"Ya ampun kak! Baju kakak berubah?!" pekik ku kaget.
Farrel hanya terkekeh.
"Baju kamu juga berubah." refleks aku melihat ke sekujur tubuh ku.
Yap, baju ku sama dengan baju kayak kak Farrel cuma aku warna biru.
"Kok bisa kak?"
Farrel hanya mengedikkan bahunya.
"Btw lo panggil gue gak usah pake embel-embel kak, panggil aja Farrel.
"Hm iya Far...rel." jawab ku sedikit kaku, karna masih belum terbiasa.
"Kira-kira kita di mana?" tanya ku menyapu pandangan ke sekeliling.
Farrel menghembuskan napas berat. "Sepertinya kita berada di dimensi lain. Terus kita berpencar dengan yang lainnya."
"Ma-maksud lo?" aku tidak mengerti.
"Sejak jatuh dari sana, aku tidak merasakan pingsan. Melainkan aku bisa merasakan saat jatuh dari sana, dan anehnya rasanya tidak sakit seperti yang ku bayangkan."
"Aku mulai mencari kalian, tapi aku malah menemukanmu yang sedang tergeletak didekat pohon, saat aku mulai mendekati mu kamu malah mulai terbangun." jelas Farrel.
"Gimana kalo kita cari yang lain aja." usul ku yang langsung di setujui oleh Farrel.
Aku mencoba bangun dengan pelan-pelan karna tubuh ku terasa berat. Farrel mengulur kan tangannya untuk membantuku bangkit. Tapi aku menolak dengan halus meyakinkannya bahwa aku masih kuat.
Kami mulai berjalan ke arah utara sambil meneriaki nama Acha dan Galvin berkali-kali. Kami juga tak lupa sedikit mengupas kulit pohon agar menjadi penanda kalau kami telah meliwati jalan yang ini.
Tiba-tiba aku merasakan seseorang yang tengah berlari ke arah kami, asalnya dari belakang ku. Aku mulai waspada. Aku membalikkan badan, belum lama aku balik seseorang menerjangku hingga aku hampir terjungkal ke belakang, untung saja aku bisa menahannya.
"Ya ampun Dea, akhirnya kita ketemu juga."
Ya elah, rupanya si Acha.
"Aku capek bangat cari kalian, nyaris nangis aku kalo gak dengar suara kamu." Kata Acha masih memelukku sangat erat.
"Hei!"
Galvin berjalan menghampiri kami dengan santai tidak seperti Acha yang gaduh.
Kami melepaskan pelukan, aku mulai tersenyum saat Galvin melihat ke arah ku dengan senyuman menawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elements Evolution
Fantasy[DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT!] Deaudy Courante, seorang gadis yang masih menuntut ilmunya di masa SMA nya harus terpaksa mempunyai kelebihan pada dirinya yang orang lain tak memilikinya. 'Aku, Deaudy Courante. Bisa mengendalikan Elemen air.' Ps. C...