Buku yang ku pegang terjatuh di atas paha ku. Aku terkejut dengan ceritanya serta kenyataan nya. Kenyataan bahwa Marcel bukanlah seorang Duke.
Seketika pipi ku memanas karna ingat perlakuan ku padanya, sungguh memalukan! Pantas saja ia selalu menatap ku seperti orang aneh.
Untungnya kami berdua telah memastikan tidak akan pernah berjumpa lagi. Jika terjadi secara kebetulan, kami akan berpura-pura tidak saling mengenal.
Lalu Lucy dan Ava kembali ke kamar, sedangkan Acha tengah menikmati tidur siang nya dengan pulas. Ava membawa kantong plastik yang di serahkan pada ku.
"Nih! Ada beberapa ekor ikan di kasih sama koki di sana." ujar Ava.
Aku menerima dengan senang. "Makasih!"
"Sama-sama!"
"Hmm... Kalian ada piring gak? Atau apa gitu selain piring." tanya ku pada Lucy dan Ava.
"Ada, tapi bukan piring. Batang pohon yang berbentuk piring." kata Ava.
"Oh ya? Mana? Boleh pinjam?"
"Boleh kok, tapi kita buat dulu."
Aku menyerngit bingung mendengarnya. "Emang buat nya gampang? Kalo gak mending gak usah, takut ngerepotin."
"Gampang kok, tenang aja!" Sahut Ava riang.
Aku segera beranjak dari kasur ku menuju tempat Ava, ia sendiri berjalan ke arah tanaman di dekat jendela lalu memetik beberapa tangkai.
"Cuman 3 tangkai? Emang bisa?" tanya ku ragu.
"Bisa kok! Nih liat ya!"
Ava memperlihatkan ku 3 tangkai di tangannya, ia mulai menyambungkan 3 tangkai tadi menjadi bulat, setelah itu 3 tangkai tadi berubah menjadi besar saling melilit-lilit mengikuti arah tangan Ava, dalam sekejap 3 tangkai yang tipis tadi telah menjadi sebuah piring ceper.
"Nih piring nya! Tapi dalamnya sedikit kotor karna belum di asah, masih ada kulit-kulit batangnya yang nimbul." Ava menyerahkan piring buatan nya pada ku.
Aku tidak langsung menerimanya karna masih terkagum-kagum dengan apa yang ku lihat barusan, bahkan tanpa sadar aku membuka sedikit mulut ku sangking kagum nya. Cepat-cepat aku mengambilnya piring itu.
"Ya ampun Ava! Yang tadi itu keren kali tau gak! Kapan-kapan kamu bisa perlihatkannya lagi ke aku! Tapi,Gak papa kok! Ini piring cuman buat tempat makan si Mican aja." Seru ku antusias.
"Hehe.. Biasa aja kok, aku tadi cuman ngendaliin pake sedikit kekuatan elemen kok." Ava berujar malu.
"Si Ava emang gitu orang nya, suka buat alat kerajinan tangan." sahut Lucy dari tempat tidurnya.
Aku hanya mangut-mangut mendengarnya lalu tersenyum senang. "Kalo gitu makasih ya piring nya!"
Aku segera beranjak pergi mengambil kantung plastik yang berisi ikan, lalu mengambil seekor, menaruhnya diatas piring dan mendekatkan pada si Mican yang sedang tiduran menikmati angin yang masuk.
"Nih Can! Coba makan ini!" seru ku mencoba berbicara padanya.
Ia mulai mengendus-endus ikan di hadapannya, menjilat sedikit, lalu meresapinya. Dan akhirnya ia mulai memakannya. Aku menghembuskan nafas lega saat ia mulai menikmati makanannya itu.
"Gimana? Enak?" tanya ku pada Mican.
Dengkuran halusnya terdengar seperti menjawab pertanyaan ku.
"Meow!" ia mengeong menatap ku saat ia menyelesaikan makanan nya.
"Oh enak ya! Tenang... Ikannya masih banyak." kataku seolah mengerti ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elements Evolution
Fantasi[DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT!] Deaudy Courante, seorang gadis yang masih menuntut ilmunya di masa SMA nya harus terpaksa mempunyai kelebihan pada dirinya yang orang lain tak memilikinya. 'Aku, Deaudy Courante. Bisa mengendalikan Elemen air.' Ps. C...