-Stage 6-

45 5 0
                                    

Aku telah membuat kesalahan.

Terlebih lagi pada seorang Duke yang paling di hormati.

Tanpa banyak bicara, aku cepat-cepat keluar dari kamar menuju tempat tadi.

"Mau kemana De?" seru Acha bertanya.

"Mau ke perpustakaan."

"Aku belum siap ngomong Dea!" lanjut Ava yang kudengar saat sudah keluar kamar.

Namun aku tidak membalasnya, aku malah terus berlari kecil ke tempat yang sebelumnya tadi ku kunjungi.

Setelah sampai ke perpus, aku langsung menuju ke tempat duduk paling pojok, tapi aku tak menemukan nya lagi di sana. Hilang. Aku menghampiri orang yang ada di sekitar situ.

"A-ada liat o-orang yang namanya Marcel?" aku bertanya dengan nafas yang terputus-putus.

"Oh Marcel? Baru aja dia keluar." jawabnya.

"Pergi kemana dia?"

"Kalo yang itu aku gak tau."

"Oh ok, makasih ya."

Aku menghampiri penjaga pustaka.

"Ibu ada liat Marcel keluar?" tanya ku langsung.

"Ada, baru aja dia pamit keluar."

"Menurut ibu dia ke mana?"

"Biasanya kalo habis dari pustaka dia pergi ke taman belakang."

"Oh, makasih buk ya!" aku membungkuk sopan. Lalu pergi ke taman belakang yg di maksud.

Dengan bodohnya aku lupa menanyakan arah jalan ke taman belakang pada ibu penjaga pustaka tadi. Alhasil aku seperti orang linglung yang tak tau arah.

Dengan lagi saat aku menanyakan jalan pada orang yang lewat, mereka ada yang mengabaikan ku, ada juga yang menjelaskannya secara jelas, dan aku malah melupakannya dengan cepat.

Terakhir aku malah kejebak di sebuah lorong besar dengan penerangan yang minim, tanpa ada orang yang lewat di sekitaran sini. Aku terpaksa mengikuti kata hatiku berjalan bahwa taman belakang sedikit lagi sampai jika berjalan dengan lurus.

Aku hampir terharu saat melihat hamparan rumput hijau melambai-lambai saat angin menerpanya, mungkin ini yang di maksud dengan taman belakang, yang terletak tepat di belakang gedung paling pojok.

Terdengar seperti kilatan pedang yang sedang di ayun-ayun, aku bersembunyi di belakang pohon saat melihat seseorang yang sedang bermain dengan pedangnya.

Aku mengamati cara bermainnya dengan terkagum-kagum sampai tidak sadar aku mengeluarkan suara, tepat saat itu pedangnya tertancap cepat di batang pohon tempat ku bersembunyi.

Aku jatuh terduduk karna keget melihat pedang itu tiba-tiba. Seseorang yang tadi berjalan mendekat ke arah ku. Ralat, lebih tepatnya ke tempat pedangnya menancap lalu menyimpan pada sarungnya di samping tubuhnya, Yang ternyata itu adalah Marcel.

"Selain ngambil tempat orang jadi kerjaan nya juga suka nguntit orang ya." serunya seperti menyindir ku.

"Enak aja!" Aku cepat-cepat bangkit. "Aku kesini tu ada urusan sedikit."

"Oh ya? Apa?"

Cepat-cepat aku membungkuk.

"Maaf kan aku yang mulia! Saya telah berkata kasar pada anda."

Aku tak berani menatap mukanya, aku rela ia memberikan ku hukaman apa saja. Asalkan jangan hukum mati, karna aku masih muda, masih sayang nyawa, masih pengen cari jodoh. Eh?

Elements EvolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang