18

3.2K 417 114
                                    

Hari itu, seorang nona pada acara perkiraan cuaca mengatakan bahwa itu akan menjadi hari yang panas. Setidaknya, cerah. Tapi Taeyeon bahkan tidak bisa berhenti mengumpat karena semenjak ia melangkahkan kaki masuk pada rover milik Hanbin, gerimis terus menerus mengguyurnya. Itu membuat Taeyeon sedikit sedih karena ia akan mencari sebuah kaktus dan harusnya itu terjadi pada hari yang panas. Harusnya sekarang dia tengah mengikat rambut pendeknya tinggi-tinggi dan mengenakan kaos tanpa lengan tipis yang menyejukkan. Bukannya terjebak dengan satu set mantel hujan dan sepatu boot yang masih baru.

"Kau bisa tinggal. Aku akan mengantarmu lain kali."

Hanbin masih mencoba meyakinkannya dibalik kemudi, dia terlampau kenal kakaknya yang benci hujan itu. Apalagi melihat wajah cerahnya pagi-pagi tadi saat wanita itu mericuh tidurnya, meminta diantar pada lahan kosong dekat rumah lama mereka. Disana Taeyeon mengubur bayi-bayi kaktusnya dan mengambil satu setiap bulannya untuk dipajang di rumah seperti orang sinting. Seolah tidak ada tanaman yang lebih cantik dan aman saja.

"Tidak bisa. Ini adalah hari yang pas untuk ulang tahun bayiku!" Taeyeon tetap berkeras meski sekarang bibirnya cemberut menyebalkan. Hanbin hanya menghela napas, membenarkan bagaimana cara kakaknya memasang kancing mantel hujan itu asal-asalan dan menaikkan tudungnya. Sedikit memastikan bahwa kakaknya akan tetap kering.

"Telepon aku jika kau merasa menyerah." Katanya. Mencoba membesarkan hati kembarannya.

Dan Taeyeon mengakhiri perpisahan sok dramatis itu dengan mengangguk sambil membawa pot dan sekop kecil dalam genggamannya. Dia memperhatikan rover hitam itu menghilang dibalik tikungan dan dia merasa begitu sebal karena hujan sama sekali tak bersahabat dengannya. Mereka musuh sejati.
Gadis itu memilih untuk segera beranjak, dia hanya harus memilih satu bayinya dan membawanya pulang. Dia hanya harus memilih satu dan semua selesai.

Setidaknya itu yang dia pikirkan sebelum melihat bahwa bayinya tumbuh dengan begitu baik. Dan dia terpesona. Taeyeon menghabiskan hampir empat puluh lima menit untuk memilih mana yang harus ia ambil dalam gerimis yang tak kunjung reda dan itu membuat jari-jarinya mati rasa. Dia kedinginan dan mulai mengumpat lagi. Di benci bagian dimana rambutnya basah dan itu karena tudung sialan ini tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Atau bisa dibilang, itu karena Taeyeon merasa sumpek dan menyingkapnya tanpa basa-basi.

Jadi dengan malas-malasan, ia berjalan mengikuti jalanan beraspal dan bermaksud mencari sebuah kedai untuk setidaknya, minum dan mengeringkan rambutnya sebelum meminta Hanbin untuk menjemputnya lagi.

Itu adalah rencana awal sebelum akhirnya, lima detik setelah ia memutar kepalanya dan mencari kursi kosong baginya, ia menemukan jalang itu disana. Duduk tenang dengan beberapa kawannya yang terlihat menggunakan pakaian mahal. Kontras sekali dengan keadaan kedai yang biasa-biasa saja.  Taeyeon tersenyum sinis, berpikir bahwa setidaknya jalang itu sekarang menjalani hidupnya dengan baik.

Mata mereka bertemu, dan Taeyeon tak bisa menghentikan langkahnya yang terlampau menggebu-gebu mendekati dia. Tangannya yang semula mati rasa sudah kembali seperti semula. Mungkin karena efek ia menggenggam pot kaktusnya terlalu erat, atau karena ia menahan emosinya terlalu berat.

Sedangkan Bae Joohyun hanya bisa menjilat ujung bibirnya sedikit gugup saat gadis dengan mantel plastik dan sepatu boot itu menggebrakkan pot kaktus kecilnya pada meja. Dia masih tetap menawan, mungkin karena gadis pirang itu tidak pernah memiliki kesulitan berarti atau setidaknya, Joohyun beranggapan seperti itu. Kim Taeyeon memiliki kehidupan yang terlampau sempurna dengan ayah kaya raya dan kembaran serba bisa yang siap untuk selalu menurutinya. Itu adalah hal biasa dan tak lagi mengejutkan untuk melihat gadis itu tumbuh dengan baik.

"Kulihat kau menikmati harimu sekarang."

Joohyun dapat mendengar gemelutuk gigi Taeyeon dari tempat duduknya. Gadis itu masih sama menakutkannya sejak terakhir kali mereka bertemu. Saat itu usia gadis itu empat belas, dan cukup mengerikan bahwa Taeyeon dapat mengintimidasinya dengan begitu mudah. Bae Joohyun mengedipkan matanya beberapa kali lalu dengan cepat memasang senyum palsu pada teman-temannya yang menunggu dengan tatapan penuh tanya. Joohyun hanya harus menjaga harga dirinya pada dunia seperti ini.

SCREWED [EXO SEHUN FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang