Satu

224 25 4
                                    

Siang itu,jam pulang sekolah,kawasan SMA Garuda Bangsa sedang di guyur hujan dengan cukup deras dan disusul oleh beberapa angin yang mulai menerpa.

Raina Andara atau yang biasa di panggil Rain tengah berdiri di halte bus yang berjarak sekitar 100 meter dari gerbang sekolahnya. Dengan sedikit bergeser tempat karna beberapa tempias air hujan mengenai seragam putih abu-abunya.

Ia sempat merutuki dirinya kenapa harus lupa membawa power bank,jadinya ia tidak bisa menelfon Samuel,kakak laki-lakinya. Sebenarnya tadi Sam sudah berniat menjemput dia,tapi dikarenakan Rain masih ada urusan di sekolah ia menyuruh kakaknya itu menjemput setelah urusannya selesai dan ia akan menelepon Sam.

"Andaikan ini kaya di film goblin,tiup korek api,trus Ahjussi ganteng dateng nyelametin" ucapnya bermonolog sendiri sambil mengingat-ngingat salah satu drama korea favoritnya.

Gadis itu menggenggam erat tali ransel sekolah yang di pakainya lalu mendongak sedikit melihat langit,sudah mulai gelap. Beberapa bayangan menakutkan muncul di kepalanya, dari penculik yang akan menculik lalu membunuh dan menjual organ tubuhnya di black market sampai jika tiba-tiba bumi terbalik dan dia belum minta maaf dengan mama juga papanya.

Gadis itu menggeleng cepat,itu cuma pikiran buruk oke.

Tapi kalau beneran tiba-tiba ada mobil berhenti dan memaksa dia masuk gimana?lagi-lagi ia sedikit mengernyit ngeri.

Rain,emang selalu begini,pemikiran aneh-aneh kadang bersarang di kepalanya.

Ia memainkan air yang sedikit menggenang di lantai halte bus itu dengan sepatunya.

Sebuah suara asing mengalihkan pandangannya dari lantai tersebut. Ada mobil hitam yang berhenti tepat didepannya,seperti familiar,tapi.... ah kan mobil seperti itu banyak.

Seorang pria paruh baya turun dengan payung dan pakaian setelan supir berwarna navy.

"Neng yang tinggal di perumahan cendana indah kan?anaknya Bu Ririn?"

Rain cengo,lalu mengangguk pelan.

"Aduh siapa nih apa aku bakal diculik,tuhan tolong" batinya.

"Neng mau bareng kami aja?sudah semakin gelap,keluarga majikan saya yang baru pindah 2 hari lalu di depan rumah neng"

Rain mengingat-ngingat lagi,ah iya,ada keluarga baru yang menempati rumah di depannya, pantas saja mobil dan supir ini seperti pernah ia liat.

Sebenarnya ia segan jika harus nebeng,secara belum kenal dekat kan, tapi...ah yaudah deh.

"Ga ngerepotin nih pak?ntar bapak kena marah sama majikan bapak"ucapnha polos.

Lelaki itu sedikit terkekeh.

"Ya nggak atuh neng" ucapnya dengan logat sunda yang cukup kental.

"Boleh deh pak,makasih ya hehe" ucapnya sembari melangkahkan kaki mendekati mobil itu lalu membuka pintunya,sedikit kaget, ternyata ada seorang anak lelaki di kursi penumpang.

Sambil duduk gadis itu berfikir

"Cowok,udah SMA juga masa masih di anterin,eh tapi....ah gue ga boleh asal judge gitu" ia menggeleng pelan.

Anak laki-laki itu hanya melihatnya sekilas lalu membuang pandangan ke luar jendela.

Suasana canggung,Rain tidak pernah menyukai itu.

"H-hai,gue Rain,nama lu siapa?"gadis itu mengulurkan tangan kanannya dan memberanikan diri memulai pembicaraan.

Lelaki itu hanya diam,masih menatap keluar jendela. Tak menggubris sama-sekali.

Tangan Rain mulai turun,agak kesel sih tapi ya gimana dia lagi nebeng di mobil lelaki itu.

Gadis itu kembali duduk di posisinya semula,sesekali ia juga melihat pemandangan diluar jendela sampai tak terasa sudah berada didepan rumahnya.

"Makasih ya pak hehe udah nganterin aku,makasih juga buat lu,sorry ya gua gatau kalau lu ga bisa ngomong maaf ya" ucapnya lalu menutup pintu mobil dan berlari kecil menuju rumahnya.

Lelaki yang di sangka tak bisa berbicara itu tersentak kaget. Berani-beraninya gadis itu mengklaim bahwa dia bisu,kurang ajar.

Anorul [Kang Taehyun] || Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang