Four

521 106 25
                                    

GuanSeob
Happy Reading
Warning : Typo(s)
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hyungseob menjadi orang terakhir yang meninggalkan ruang osis. Otomatis dialah yang harus menguncinya.

Setelah sudah yakin terkunci, Hyungseob memasukkan kuncinya kedalam kantong celananya.

Langkah kakinya terdengar menghiasi koridor sekolah yang sudah sepi.

Hanya ada beberapa murid yang masih melakukan kegiatan ekstrakulikuler.

Langkahnya berhenti diujung koridor. Tangannya reflek menggenggam erat tali tas punggungnya.

Pemandangan didepan sana sukses membuatnya terdiam dan raut wajahnya menjadi sendu.

Dulu, dirinya yang menjadi prioritas dari seorang Park Woojin. Dulu dirinya pernah merasakan apa yang dirasakan Kim Dongbin.

Dulu sebelum perasaan Woojin teralihkan oleh orang lain.

Helaan nafasnya mengiri kepergiaan Woojin dengan Dongbin diboncengannya.

Seseorang menepuk pundaknya. Reflek Hyungseob memutar badannya.

"Kau menangis kak?"

Hyungseob tak sadar kalau air matanya sempat mengalir.

"A-ahhh tidak," jawabnya gelagapan.

"Kau bohong," Guanlin mengusapkan tangannya pada pipi Hyungseob.

Menghapus air mata yang sempat menghiasi wajah cantik pujaan hatinya.

"Apa yang membuatmu menangis kak?"

"Gue ga nangis ko,"

"Kak, aku mungkin belum lama mengenalmu. Tapi aku bisa tahu kalau sekarang kau sedang berbohong,"

Hyungseob terdiam, perlahan cowo itu menundukkan kepalanya.

Guanlin menghela nafasnya sejenak sebelun menarik tubuh mungil kakak kelasnya kedalam pelukannya.

"Tak apa kalau memang kau tak mau memberitahuku alasannya,"

Guanlin mengelus rambut Hyungseob yang secara ajaib tidak berontak sama sekali.

"Tapi lain kali kau harus mengajakku saat ingin menangis. Agar aku bisa segera menghapus air matamu dan memelukmu seperti ini,"

Dan Hyungseob hanya bisa tersenyum kecil saat mendengar perkataan tulus dari Guanlin.

"Bolehkah aku kembali merasakan cinta untuk sekali lagi,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"

Terimakasih sudah mengantarku kak,"

"Iya sama-sama,"

"Kau mau mampir dulu kak?"

"Lain kali saja,"

"Baiklah kalau begitu. Kakak hati-hati ya,"

"Iya," Woojin mengelus lembut rambut Dongbin. "Sana masuk,"

"Emmm, iya ka,"

Dongbin tersenyum malu lalu berjalan memasuki rumahnya.

Woojin kembali menyalakan motornya dan mengendarainya kembali kerumahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa berhenti disini?"

Fall  [Guanseob]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang