4. Adek Alin

6.7K 789 119
                                    

Kelahiran Guanlin adalah suatu hal yang ditunggu-tunggu oleh dua kakak dan papinya, sekaligus paling nggak disukai Hyunbin.

Sebenarnya, Hyunbin hanya menginginkan dua anak saja, karena ia ingin anak-anak mereka terurus dengan baik. Usia Jihoon terpaut dua tahun dengan Jinyoung. Jika Minhyun hamil lagi, Jihoon masuk kelas satu SD dan Jinyoung persiapan masuk PAUD. Hyunbin takut kalau misalnya Jinyoung punya adik, ia tidak punya cukup waktu untuk anaknya. Dan yang paling nggak disukai Hyunbin, Minhyun benar-benar memperjuangkan kehidupannya ketika mengandung Guanlin.

Hyunbin cinta sama Minhyun. Cinta banget malah. Dia nggak mau kehilangan Minhyun. Hei, cowok mana sih yang nggak dilema waktu isterinya bilang untuk menyelamatkan anaknya? Dia juga butuh Minhyun buat ngisi hari tuanya nanti sampai diujung waktu gitu.

"Bin.." Hyunbin yang tengah menepuk-nepuk Jihoon supaya tidur semakin pulas, menengok ke arah pintu. Mendapati Minhyun yang memainkan ujung bajunya.

"Hm?" Minhyun memberanikan dirinya untuk mendekati Hyunbin.

Ya, hubungan mereka akhir-akhir ini mendingin karena Hyunbin yang masih tidak menerima kalau Jinyoung punya adik.

"Aku-"

"Kita ke kamar aja. Kasihan Jinyoung sama Jihoon kalau bangun." Hyunbin memotong kalimat Minhyun. Ia tidak mengalihkan dari wajah pulas dua anaknya.

Jinyoung yang tidur di kasur bawah memeluk boneka pisangnya, sedangkan Jihoon tidur dengan memeluk boneka lightstick TVXQ warna merah.

"Selamat tidur, sayangnya Papi.." Hyunbin mengecup kening Jihoon dan Jinyoung.

Hyunbin beranjak dari tempat tidur Jihoon dan berjalan keluar. Ia menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu kamar. Ia menutup pintu lalu beranjak pergi ke kamarnya.

Ia menghela nafas pelan ketika melihat Minhyun berdiri di balkon kamar hanya dengan mengenakan kaos tipis dan celana pendek diatas lutut. Hyunbin mengambil mantel miliknya dan memakaikannya pada Minhyun. Ia memeluk Minhyun dari belakang.

"Bin.." Minhyun mengusap tangan Byunbin yang melingkari bahu dan dadanya. Merengkuhnya dalam pelukan yang posesif.

"Ay, maafkan aku. Aku nggak mau kehilangan kamu.." Hyunbin ingat kalau ia mendiamkan Minhyun selama dua hari penuh setelah pemeriksaan.

"Bin.." Minhyun tertegun ketika mendengar suara Hyunbin yang serak.

"Ay, udah cukup Jinyoung dan Jihoon aja. Aku nggak mau kehilangan kamu, Minhyuna.." Rengkuhannya mengerat. Hyunbin menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Minhyun. Youngmin bilang kalau bayinya sehat. Tapi posisi bayi masih berdiri. Dan kalau dipaksakan, anak itu akan terlahir sungsang dan itu sangat berbahaya.

"Bin, dokter bilang adiknya Jinyoung akan lahir minggu depan." Minhyun mengusap perutnya pelan. Ia sedikit mengedipkan matanya supaya airmatanya tidak merembes jatuh.

"Minhyuna, plis.."

"Bin, aku nggak bisa. Aku mau dia hidup Bin." Minhyun menggigit bibirnya, lelah.

"Minhyuna.."

"Kalau nanti ada apa-apa sama aku dan adek, kamu harus selamatkan adek-"

"Hwang Minhyun!" Hyunbin membalik tubuh Minhyun supaya menghadap kearahnya. Ia memeluk tubuh Minhyun dengan erat. Ia tidak sanggup.

"Kandungan kamu baik-baik aja. Dan kamu juga harus bertahan." Hyunbin sebenarnya nggak masalah Minhyun mau punya anak berapapun. Tapi kehamilan ketiga ini Minhyun lemas sekali.

Minhyun lebih sering morning sick, lebih sering mual, lebih sering pusing, lebih sering mimisan, dan lebih banyak mengalami alergi.

Minhyun sering bangun malam sendirian untuk memuntahkan semua makanannya. Bahkan, ketika hamil muda, Minhyun berkali-kali pingsan. Padahal, ia tidak tengah melakukan pekerjaan berat. Hyunbin masih mengawasi Minhyun, hingga pada puncaknya, waktu Youngmin bilang, kandungan Minhyun berbahaya bagi dia dan bayi karena tidak begitu kuat.

Family : Minhyunbin + panwinkdeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang