13. cemburu

4.3K 540 230
                                    

Jihoon itu punya banyak fans. Nggak beda jauh sama dua adeknya. Kalau pandeep yang ngefans dari temen seumuran, fans Jihoon berasal dari kakak kelas dan guru-guru plus anak-anak dari sekolah sebelah.

Dan itu, bikin Guanlin badmood.

"Pak Kim, kakak kok belum keluar sih? Lama banget." Guanlin menggoyangkan tangan sopir keluarganya.

"Sebentar lagi, kok, Alin sabar.." pria paruh baya itu masih keep calm menghadapi rengekan bayi lumba-lumba itu.

Guanlin mendecih.

Dia itu pingin bareng abangnya biar cepet sampai rumah. Ternyata, sekarang jatahnya Jinyoung ikut kondangan. Yaudah, Guanlin pulang bareng kakaknya.

Karen bosan, Guanlin memilih bermain game Rapid Rolls dan Snake Henzia di ponsel Pak Satpam yang ia pinjam.

"Guanlin!" Suara Jihoon menggema di indera pendengarannya.

Bodo amat, Alin nggak denger.

"Alin!" Suara kakaknya terdengar semakin mendekat.

Bodo amat, Alin masih main ular.

"Adek!" Dan Guanlin merasakan ponsel Pak Satpam diambil paksa oleh Jihoon. Bocah itu langsung mendongak dan menatap tajam ke arah kakaknya.

"Kakak sih, ular aku nabrak ekornya, kan!" Guanlin mendengus kesal. Ia kembali merebut ponsel Nokita itu dan mereset game ular.

Ia mengembalikan ponsel kepada Pak Satpam dan berterima kasih sudah meminjamkan ponsel.

"Udah nunggu lama?" Jihoon nyengir melihat aura suram Guanlin menguar dengan sangat jelas.

"Pake nanya, lagi."

PUK!

"Adek, mulutnya!" Jihoon menepuk mulut Guanlin. Memperingati adeknya yang sudah kurang ajar. Guanlin kicep. Dia mencebik dan menghentakkan kakinya.

"Den, tadi Nak Alin sudah menunggu satu jam di pos satpam." Ucapan Pak Kim membuat Jihoon tertawa kecil. Adeknya yang paling kecil ngambek ternyata.

"Jihoonie!" Sebuah suara asing tertangkap radar telinga Guanlin. Ia menoleh ke arah sumber suara. Seorang bocah dengan pipi gembil dan gingsul di kiri atas membuat bocah itu dapat dikatana coganz.

Kayaknya orang itu nggak masuk list teman yang dibuat abang, deh. Batin Guanlin. Ia masih diam memperhatikan interaksi kakaknya dan orang asing itu.

"Woojina! Gimana?"

"Ji, kamu belum ngasih centang ceklist tugas bahasa Inggris." Wajahnya Woojin kelihatan jutek dan nggak woles. Iyalah, dia habis lari dari kelas ke parkiran. Lumayan buat bocah kelas lima sd kayak dia.

"Hehehe, maaf lupa." Jihoon mencentang tugas bahasa Inggris, sementara Woojin memperhatikannya dengan seksama. Posisi mereka kini sedikit rapat.

"Ehm.." bocah itu bersidekap sembari mulutnya bergerak merapal kalimat umpatan yang sering diucapkan Jinyoung ketika ditabok Jihoon.

Hening.

Mereka masih sibuk dengan tugas bahasa inggris itu. Nggak peduli Guanlin yang udah mengucap umpatan ke seratus ajaran Jinyoung.

"Kak, pulang yuk..." Guanlin menggoyangkan tangan Jihoon. Minta kakaknya segera selesai dan pulang.

"Bentar dulu, Alin.." Jihoon mengusak rambut Guanlin. Biasanya kalau diusak rambutnya, Guanlin bakal anteng. Tapi masalahnya dia laper!

Bodo amat kak Jihoon mau marah. Guanlin capek nungguin kakak. Laper lagi. Tau gitu aku ikut abang aja kondangan. Awas aja nanti aku bilangin abang.

Family : Minhyunbin + panwinkdeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang