Suasana riuh penonton memenuhi stadium tempat konser penyanyi papan atas paling fenomenal abad ini, di antara lautan penonton yang berteriak dan menggila, di sini Rachel hanya bisa menggelengkan kepala sambil menutup telinga. Anak-anak remaja begitu heboh disini mereka berteriak, loncat-loncat bahkan ada yang sampai menangis.
Rachel berjuang keras dengan berdesak-desakkan dan menjinjitkan kedua kakinya dengan tangan yang menggenggam handycam, dia berusaha untuk merekam konser ini untuk diliput di media tempatnya bekerja.
Ya... dia berada di sini, diantara lautan remaja yang membuatnya gemas ingin mendorong balik mereka karena telah mendorong-dorongnya. Kalau saja bukan karena tuntutan pekerjaan ogah berada di sini.
Getaran ponsel di saku celananya menyadarkannya, dan menghentikan aksi rekamnya. Dengan usaha yang tidak mudah dia mengambil ponsel itu dari sakunya dan melirik layar ponselnya.
12 kali panggilan tak terjawab dan itu semua dari boss nya!
Habis sudah! Dia sudah mengabaikan orang yang paling berpengaruh dalam kehidupannya. Sebuah panggilan menyentakkannya dari kegelisahannya dengan perjuangan keras melewati orang-orang yang berjingkrak bak cacing kepanasan akhirnya Rachel berhasil keluar dari keriuhan itu menuju lorong yang lumayan sepi meskipun sayup-sayup suara riuh itu terdengar.
"Halo Pak Henry?" Dengan sangat hati-hati Rachel menjawab telepon itu. Tapi ketika suara lawan bicaranya menjawab, Rachel reflek menjauhkan handphone-nya dari telinga. Suara itu bahkan lebih menggelegar dari geledek.
"Rachel kau dari mana saja?! bagaimana dengan liputannya? Apa kau mendapatkan rekaman yang bagus dan menarik? Ohh itu perlu... kalau bisa kau menyusup ke backstage dan menyingkap berita yang bagus. Sudah ya, besok kau harus mendapatkan berita yang aku mau!" Rachel masih melongo ketika telepon sudah diputus dari seberang menyisakan bunyi tut...tut... yang nyaring di telinganya.
Sadar dari keterpanaanya Rachel mengumpat sebal. Hell, dasar bujang lapuk! Seenaknya saja dia bicara, dia tidak pingsan di tengah konser saja itu sudah bagus!
Selesai menelepon Rachel mencari toilet untuk membenarkan dandanannya yang pasti sudah acak-acakan karena berjubel dengan penonton tadi. Ketika membuka pintu Rachel langsung disuguhi dengan pemandangan yang tak layak dikonsumsi publik, tapi ini penting dalam pekerjaanya.
Di hadapannya kali ini tertampang adegan pasangan yang sedang berciuman dengan panas dan Rachel mengenali sang pria, dia adalah Siwon Fareli penyanyi yang sedang menggelar konser ini. Rachel diam-diam dan dengan sangat ahli dia memotret adegan itu.
Boss pasti senang sekali! Rachel berjalan mengendap-ngendap dari area toilet tapi baru beberapa langkah seseorang mencekal lengannya dan menariknya hingga terperangkap menempel di dinding.
"Hei.. apa-apan kau? Lepaskan!"
Orang yang menarik Rachel tadi memperhatikan perempuan itu dengan seksama, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Rachel, ketika orang itu melihat ke arah leher Rachel yang mengenakan kalung bertanda pers orang itu berdecak tidak senang.
Dia memposisikan tangannya di sebelah kanan dan kiri kepala Rachel dan menusuk perempuan itu dengan pandangan tajamnya. Tapi Rachel sama sekali tidak terintimidasi, dia tidak takut dan tidak akan melepaskan berita bagus ini walaupun orang ini memaksanya. Tidak akan pernah.
"Aku ingin berbaik hati padamu, cepat hapus foto itu dan aku akan melepaskanmu dengan aman, atau-"
"Atau apa ha? Aku ini pers dan ini adalah berita yang sangat menguntungkanku, aku tidak akan menghapusnya begitu saja dengan ancamanmu itu!" Rachel memotong perkataan orang itu dengan lantang dan mendongakkan dagunya, pertanda ia tidak takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERAT
Romance[ON-HOLD] WHEN A VALUABLE EVENT BECOMES A TRAP... SHIT! ♡♡♡♡ Rachel Callandrie seorang paparazzi yang tengah meliput konser penyanyi papan atas di sebuah konser yang menjengkelkan baginya tidak sengaja mendapat sebuah peristiwa yang begitu berharga...