Chapter 10 - We Must Be

30 8 1
                                    

SORRY FOR TYPO(S)
Belum di edit
Kalo ada typo mentions aja ^^

Happy Reading
-

"Kau suka nuansa ini Rachel?” mama Siwon tersenyum kepada Rachel sambil menunjukkan foto dekorasi ruang pesta yang
begitu mewah, "Aku ingin kesannya elegan dengan nuansa warna emas dan putih.”
Rachel melirik foto itu, lalu melirik Siwon di sebelahnya
yang memasang muka datar dengan gugup.

"Eh ya... Putih dan emas bagus juga mama,” gumamnya
lembut.

Saat ini Rachel dan Siwon sedang berkunjung ke rumah mama Siwon, sang mama bersikeras menunjukkan foto-foto gedung dan desain ruangan yang harus dilihat oleh Rachel dan Siwon dulu sebelum diputuskan mana yang akan dipilih.

Dengan terpaksa Rachel datang, karena kata Siwon kalau Rachel terus menerus menghindar, mama Siwon akan curiga.

"Kalian sudah membeli cincin pernikahan?" mama Siwon menatap Siwon. "Kau bilang kalian akan memilih cincin akhir minggu kemarin."

Siwon menggelengkan kepalanya, "Belum mama, aku
sibuk sekali akhir minggu kemarin, harus mempersiapkan konser dua bulan lagi, mungkin minggu depan, lagipula acaranya kan masih lama, jadi waktu kami masih panjang."
Mama Siwon menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Tidak bisa begitu," gumamnya keras, "Cincin pernikahan adalah hal yang paling penting yang harus diprioritaskan. Mama ingin kalian menyiapkan cincin pernikahan itu dulu, selain sebagai bukti keseriusan kalian, mama ingin memastikannya sesuai dengan tema pesta pernikahan ini."

Siwon dan Rachel saling berpandangan, berucap tanpa
kata. "Baiklah mama, kami janji minggu depan pasti sudah
membawa cincin untuk ditunjukkan kepada mama."

***

Rachel mengamati seorang penyanyi cafe yang berada diatas panggung dari tempat duduknya. Sebenarnya itu jadikannya sebagai kedok, karena pikirannya sedang terbagi kemana-mana. Selama sepekan ini kepala Rachel selalu dibuat pusing yang membuatnya hampir pecah, dan selama sepekan itu juga Rachel tidak bertemu Siwon. Karena dia pun sibuk dengan pergelaran konsernya.

Di tengah lamunannya seorang pramusaji menghampiri meja Rachel dengan membawa secangkir teh hijau dan kue cokelat pesanan Rachel.
Ya, dia perlu menenangkan diri untuk sementara.

Rachel mengucapkan terimakasih dan pramusaji itu mengangguk lalu pamit undur diri.

Rachel menghirup aroma yang menguar dari teh hijau yang masih panas itu bagaikan aromatherapy yang menenangkan. Lalu dengan perlahan dia menyesap teh hijau itu dan merasakan rasa pahit dan manis alami yang khas dihasilkan dari teh tersebut.

Dari dulu, Rachel sangat menyukai berbagai macam teh, bisa dibilang kecanduan. Karena itu merupakan salah satu obat penenang dari depresinya dulu.

Masa lalu Rachel yang tersembunyi jauh di dalam diri Rachel, masa lalu yang sudah menjungkir balikkan hidupnya, masa lalu yang ia benci.

Rachel tidak mau lagi mengkonsumsi pil penenang, karena dia sudah sembuh. Dia pastikan itu. Gadis itu menyesap lagi teh hijau-nya sambil memejamkan mata dan mulai memakan potongan kecil kue cokelatnya.

Setelah selesai dia beranjak kembali ke Apartementnya karena sore ini dia harus ke toko perhiasan dengan Siwon untuk membeli cincin pernikahan yang telah dijanjikan untuk diperlihatkan ke mama lusa nanti.

***

"Kau mau yang seperti apa?” Siwon mengedikkan bahunya
kepada jajaran cincin-cincin pernikahan yang diletakkan
berjejer dalam kotak beludru di atas etalase. Rachel mengamati cincin-cincin itu, luar biasa
mewahnya, tetapi tentunya cincin yang dipersiapkan untuk pengantin Siwon pasti akan luar biasa bukan?

JERATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang