“Troy, jangan menyerah untuk mencari cinta sejatimu, ini hanyalah awal dari segalanya. Cinta itu tidak bisa memilih, tapi ditentukan.”
“Ditentukan? Oleh siapa?”
“Cinta ditentukan oleh takdir.”
***
Pukul 6 pagi.
Alarmku bernyanyi sangat lantang memekakan telinga, berhasil membuyarkan mimpiku.
Lagi-lagi aku bermimpi tentang nasihat terakhir yang diberikan ibuku sebelum beliau pergi untuk kembali ke sisi-Nya. Beliau meninggal 2 minggu yang lalu karena penyakit stroke.
Sekarang, aku tinggal hanya bersama ayah tiriku dan dua adik perempuan yang kembar. Mereka lahir hanya selisih 10 menit. Mereka adalah anak dari ayah tiriku. Ibuku menikah lagi ketika aku berumur 3 tahun. Waktu itu, aku masih belum tahu apa-apa tentang perceraian.
Ketika tiba saatnya aku mengerti tentang perceraian, aku sempat bertanya pada ibuku apakah aku boleh bertemu dengan ayah kandungku ataukah tidak. Ibuku hanya menangis dan langsung memelukku erat-erat. Sampai detik ini, aku tidak pernah bertemu dengan ayah kandungku. Sepertinya ibuku mengalami kenangan pahit ketika bersama ayah kandungku. Aku mampu merasakannya ketika aku melihat ibuku berusaha untuk tampak bahagia setiap kali bersama ayah tiriku. Sebelum ibuku terserang penyakit stroke, beliau dan ayah tiriku selalu bertengkar. Entah apa yang mereka permasalahkan, aku tidak pernah tahu dan tidak pernah ingin tahu. Aku berusaha agar aku bisa terhindar dari masalah mereka bersama kedua adikku. Kupikir kedua adikku tak perlu tahu apa yang mereka bicarakan.
Namun, semuanya berlalu begitu cepat. Aku harus bangkit dan kembali menghadapi kehidupanku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Band Saved Our Love [ON HOLD]
Teen FictionTroy William Austin. Itu namaku. Ketua OSIS, kapten tim sepak bola, dan anak band. Itu semua bagianku. Cinta dan keluarga yang bahagia. Itu target yang belum aku miliki. Hingga saat ini. Musik. Itu pelarianku. Dan, cintaku juga memiliki pelarian yan...