// C h a p t e r 6 //

64 8 2
                                    

"Now there's a piece of me,
Tells me I shouldn't leave,
Every time I see your face.
Because every time
You come around
Love, you take my breath away"

— All Time Low, No Idea

***

Leila’s POV

Sepulang sekolah, aku pulang ke rumah dengan segera. Orangtuaku dan orangtua Derek akan mengadakan acara makan malam di rumahku. Kami sering melakukan acara makan malam bersama setiap 2 bulan sekali—atau mungkin 1 bulan sekali. Entahlah. Aku benar-benar tidak memikirkannya karena aku tidak menyukai acaranya. Acaranya sungguh membosankan.

Setiap acara makan malam, orangtuaku dan orangtua Derek selalu membahas masa depan yang akan aku lalui bersama Derek nanti. Padahal, aku sama sekali belum memikirkan hal itu karena aku masih belum memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah SMA nanti. Aku belum memikirkan itu semua karena orangtuaku selalu mendesakku untuk cepat menikah dengan Derek. Ya. Mereka mendesakku. Sebalnya, mereka tidak terlalu mengurus hubungan percintaan kakakku dengan pacarnya karena pacar kakakku adalah seorang militer. Dan, ayahku bangga akan itu.

Ayahku dan ayah Derek berasal dari sekolah militer. Setelah lulus SMA, mereka bersekolah di sekolah militer yang sama. Mereka tahu bagaimana rasanya hidup sebagai seorang militer. Menurut mereka, seorang laki-laki yang bersekolah di sekolah militer itu memiliki masa depan yang cerah. Harus aku akui, mereka memang benar. Dan, mereka berdua sepakat untuk mendaftarkan Derek di sekolah militer setelah kelulusan SMA nanti. Tetapi, kenyataan yang ada adalah—aku tidak menyukai Derek. Sebenarnya. Aku tidak pernah memiliki perasaan lebih padanya. Selama setahun aku berpacaran dengan Derek dengan perasaan yang kosong. Aku tidak bisa memberikan rasa kasih sayangku padanya.

Sepertinya Derek senang karena dijodohkan denganku, karena sebenarnya dia menyukaiku. Aku bisa mengatakan seperti ini dari caranya dia memelukku, menggandeng tanganku, memandangku, segalanya. Tapi, aku tidak bisa memberikan itu semua pada Derek. Andai Derek tahu jika aku tidak memiliki perasaan seperti itu padanya. Mungkin jika Derek tahu, dia akan benar-benar marah dan membeciku sekarang.

Dan, di sisi lain, aku tidak menyukai laki-laki yang bersekolah di sekolah militer karena mereka memiliki badan kekar, tinggi, tampan, atau semacamnya yang menurut orang-orang itu ‘perfect’. Itu semua tampak mengerikan bagiku. Aku lebih menyukai laki-laki yang berpakaian apa adanya, karena aku tahu laki-laki seperti itu juga akan menerima perempuan apa adanya.

Saat di kamar, setelah aku bersiap diri untuk acara nanti, seseorang mengetuk kamarku.

“Masuklah.” ujarku seraya menyisir rambutku di depan cermin.

“Leila sayang.” itu ibuku. “Ada sesuatu yang ingin ibu katakan.”

Aku langsung berbalik menatap ibuku. Ini pasti berita buruk.

Ibuku duduk di atas tempat tidurku. “Maukah kau duduk di samping ibu?” pinta ibuku seraya menepuk tempat tidurku.

Aku mengangguk. “Ada apa, ibu?”

“Ibu tahu jika kau tidak menyukai Derek selama ini.”

Glek. Aku bisa mendengar tenggorokanku sedang menelan air liurku sendiri. Aku benar-benar ketakutan jika ibuku memarahiku karena aku tidak menyukai Derek selama ini.

“Ibu tidak akan memaksamu.” lanjut ibuku seraya meraih tanganku, lalu mengusapnya lembut. “Ibu tahu kalau ibu tidak seharusnya mendesakmu seperti itu. Kau masih muda dan kau seharusnya bersenang-senang. Kau bisa berkuliah setelah kelulusan SMA nanti, kau bisa tinggal di Los Angeles lagi, entahlah—apapun itu—ibu akan mendukungmu.”

Band Saved Our Love [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang