01 | The Famous One

96 13 9
                                    

"HAHAHAHA." Seisi ruangan kantin tertawa terbahak-bahak. Mereka sedang mengelilingi sesuatu.

Di tengah mereka ada empat orang wanita. Yang satu tertunduk dan menangis ketakutan. Yang lain memegang botol kecap dan menatap yang dihadapannya dengan tatapan kemenangan.

"Masih mau nyenggol gue lagi hm?" Sang wanita satu menaikan sebelah alisnya dan menunjuk lawannya dengan botol kecap.

Yang ditanya semakin menundukan kepala nya menatap pakaian putih-abu-abu yang sudah terlumuri oleh kecap.

"Ditanya kan?! Budeg apa gimana sih? Jawab dong bodoh!" Bella mendorong tubuh Asri yang lemah dan berteriak di depan muka nya.

"Oh, kurang puas dia Nin kena kecap. Pake apalagi kek gitu biar puas.. saus aja!"

"Ide bagus tuh!"

Anin menyambar botol saus di atas meja kantin dan tanpa persetujuan, ia memencet botol saus di atas kepala dan turun ke baju si wanita.

Mereka yang mengerubuni berteriak antusias dan tertawa bahkan ada beberapa yang merekam dan mengabadikan nya dengan ponsel.

"M-maaf." Ucap Asri bergetar hebat.

"Apa lo bilang? Maaf?" Anin menjambak ikatan rambut Asri membuat wajah nya mendongak paksa.

"Ma-maaf." Ucap Asri semakin bergetar dan mengeluarkan air mata.

"Cengeng!" Anin melepas jambakannya dan mendorong Asri sampai tersungkur di lantai.

Mereka yang menonton semakin heboh dan meneriakkan nama Anin.

"Lain kali kalo jalan pake ini nih." Anin mencolok mata Asri.

"Jangan pake ini." Kali ini Anin menendang dengkul Asri sampai berdarah.

Anin keluar dari kerubunan dan diikuti teman-temannya disamping.

Ia Anin. Anindya Brunella.

Jangan pernah main-main dengannya apalagi sampai menyenggol. Menyentuh nya saja tidak boleh.

Bahaya besar.

Bahkan kedua sahabatnya. Dan ia tidak pernah bersalaman dengan guru atau siapapun.

Mereka berjalan dengan langkah angkuh ditengah koridor sekolah. Mereka menjadi tontonan bagi siswa SMA Harapan Indah.

Tidak ada yang berani mendekati mereka. Apalagi mendekati Anin. Orang-orang merapat ke tembok memberi Jalan bagi Anin dan kawan-kawan. Lorong lurus tanpa hadangan dihadapan mereka.

Sampai di tengah lorong terdapat Bu Yeti tengah menyilangkan kedua lengannya dengan kacamata merah hati yang bertengger di hidung, Ia adalah guru BK Harapan Indah. Orang yang tidak pernah bosan memanggil... "Anin, Bella, Shafa, ke ruangan saya. sekarang!"

Yang dipanggil menggubris dan terus berjalan melewati Bu Yeti. Niat mereka ingin langsung ke ruang BK tanpa membalas ocehan Bu Yeti.

"Punya sopan santun gak sih kalian teh?! Jika orang tua berbicara, dibalas!" Ujar Bu Yeti dengan logat Sunda yang kental sambil menjewer telinga mereka dan mendorong mereka untuk mengarah ke ruang BK.

"Apasi bu pegang-pegang.  Kita juga masih inget gimana cara jalan kok." Ujar Anin risih di dorong begitu saja oleh Bu Yeti.

"Kita juga gabakal lupa letak ruang BK kok bu, santai." Ujar Shafa.

"Ya iya atuh kalian mah langganan masuk ruangan saya. Sekarang masuk. Ibu ingin berbicara dengan kalian." Bu Yeti mendorong tubuh mereka lagi untuk masuk. Anin mendesis.

Half a HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang