05 | Tisu, Lem, dan Glitter

58 6 1
                                    

"WE ARE BACK BITCHES!" Seru Shafa riang di tengah keramaian koridor sekolah dan meninju kepalan tangannya pada lengan Anin dan Bella. Bella merangkul kedua sahabatnya sedangkan Anin memasang senyuman miring khas nya. Hanya Anin yang bisa.

Berita tentang Anin dan kawan-kawan menindas Asri di kantin tempo hari sampai mereka di skors selama seminggu ternyata menjadi perbincangan hangat di SMA Harapan Indah. Banyak yang merasa setiap kali Anin, Bella, dan Shafa di skors, sekolah menjadi sepi dan tidak asik. Mendengar hal itu, Anin dan kawan-kawan semakin gencar untuk mencari masalah lainnya.

Setiap pasang mata menyorotkan pandangan mereka pada tiga orang yang biang dari segala masalah. Begitupula Karell yang sedari tadi menatap Anin yang ceria sedia kala. Tanpa disadari Karell tertular senyuman dari Anin yang hanya bisa ia lihat dari kejauhan. Karell tersenyum tipis.

"Aku wanita.. yang sedang jatuh cinta." Andre menirukan suara perempuan dan bernyanyi Aku Wanita di depan wajah Karell membuatnya tersadar dengan kehidupan nyata. Entah kenapa akhir-akhir ini otak Karell dipenuhi dengan ingatannya terhadap Anin. Ia penasaran dengan sosok wanita itu.

"Yang lagi kasmaran mah beda. Senyam-senyum sendiri kaya orang autis." Matt menimpali nyanyian Andre dan menyenggol lengan Karell. Sebenarnya Karell sempat salah tingkah tetapi ia menutupinya dengan menunduk dan menyilangkan kedua lengannya di dada.

"Tapi Anin masih doi gue. Jangan sampe nikung awas aja."

"Kayak si Anin mau aja sama kodok kayak lo. Hidih jibang deh ew."

"Kambuh deh sisi lekong lo. Sana cuci muka."

Selagi Matt dan Andre sibuk beradu cakap, seperti biasanya, ditengah mereka hanya ada dua orang yang hanya diam tidak menyimak bahkan tidak berminat untuk ikut berbicara. Sampai akhirnya Zahir menepuk bahu Karell.

"Bro."

"Hm?" Karell menaikkan sebelah alis nya.

"Suka sama cewek ya lo?"

"Ga."

"Halah pantat. Tadi ngeliatin si Anin ngapain?"

"Emang salah?"

"Engga sih tapi ya.. aneh aja secara lo gitu kan sama orang."

"Gitu?"

"Ya.. gitu. Kasar."

Karell memasang mimik 'so?' Dan mengangkat sebelah alisnya lagi.

"Ayolah bro, kehidupan lo harus move on dari yang lama. Semua cewek engga kayak 'dia' kok. Lo engga boleh selamanya gini, kalo suka yang bilang aja ke orangnya."

"Engga minat."

Zahir mendengus pasrah melihat sahabatnya sangat keras kepala.

Di lain sisi, tiga orang sahabat itu bercengkrama ria sesekali mereka tertawa keras membuat seisi koridor menatap mereka. Ringtone Lowkey Flex berbunyi nyaring membuat Anin merogoh saku rok nya. "Duluan aja." Ujar Anin pada Bella dan Shafa.

"Halo?"

"Miss me, babe?"

Anin mengernyitkan dahi dan menjauhkan ponsel nya dari telinga kemudian membaca nama kontaknya. Sontak Anin membulatkan mata.

"NAHDAN? Oh my.."

"That's my name, babe."

"Shit, lo udah sampe Indonesia?"

"Udah dong, dari kemarin malah. Gue di PIM sama Rio, Bella, Rafa, Shafa, ya.. kawan-kawan lama lainnya. Gue suruh Bella nelpon lo biar kita ketemuan malah Bella yang dimarahin. Selingkuh ya lo sama kasur? Sungguh tega."

Half a HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang