TET..TET.. TET..
"Nggh.. lima menit lagi!"
Anin mengerang dan tetap diam berkutik dengan posisi telungkup di kasur. Hari Minggu yang membosankan. Hari Minggu seharusnya menjadi hari bermalas-malasan bagi semua orang. Ketika daya tarik ranjang lebih menarik untuk diminati dibanding melakukan suatu pekerjaan yang pada akhirnya melelahkan tubuh sendiri.TET..TET..TET..
Suara alarm digital yang di atas nakas berbunyi sekali lagi dengan suara yang lebih memekakkan telinga. Dengan jengkel, Anin membanting alarm tersebut ke lantai. Untungnya lantainya dilapisi oleh karpet bulu merah sehingga alarm tersebut tidak rusak. Pada akhirnya, Anin menarik selimut nya lagi sampai dagu dan memejamkan mata.
Selang beberapa menit, ringtone Lowkey Flex—Yulema berbunyi nyaring membuat Anin terlonjak. Bahkan ia sempat mengumpat pada ponselnya sendiri.
"Apa?!" Ujar Anin galak dan mengacak-ngacak rambutnya
"Woi santai sist—..."
"Bisa ngga sih ngga ganggu gue pacaran sama kasur?! Kali ini aja, Bell, please, capek banget gue kurang istirahat, you little bitch!"
"Woah.. woah.. gue cuman mau ngajak ke PIM. Nahdan ikut tau."
"Fuck off, Apa peduli gue?! Ganggu aja lo. Sana aja pergi!" Anin membalasnya dengan sengit. Kali ini ia tidak bisa tidur lagi karena sudah terganggu mood nya untuk tidur. Mendengus kasar, Anin mendongak dan melihat jam dinding.
"The hell jam 11?! Joyce bakal marah ini! Gawat.. gawat.." dengan panik, Anin menyibak selimut putih nya yang kelewat nyaman dan meninggalkan magnet terkuat di pagi hari, yaitu kasur.
Anin menguncir rambut brunette nya menjadi satu ikatan kencang dan mengenakan tank top serta legging 3/4 Victoria's Secret nya untuk pagi ini. Ia sampai mengesampingkan memakai make-up padahal kantung mata nya begitu bulat dan besar. Muka nya juga agak pucat.
Anin memencet tombol lift dengan tidak sabaran. Ia bergumam tidak jelas karena kepanikannya sendiri.
Anin berjalan pelan sambil mengernyit bingung. Ia merasa ada yang kurang saat ini.
"Bego, kunci mobil kenapa bisa lupa?!" Ia berteriak di tengah parkiran kosong sehingga suara nya bergema jelas. Anin mengusap wajahnya gusar dan memutuskan untuk naik transportasi online.
Apalagi hal yang akan membuat hari ini begitu sial untuknya?
•••
"Anindya Brunella my hunny bunny sweetie sweetheart, Kenapa lo telat hah?! Orang-orang udah pada pulang dan lo kesini dengan tank top basah kaya gitu?! Ew to the no." Protes seseorang dengan mengangkat kedua tangannya secara dramatis di udara.
Anin memegang lutut sebagai tumpuan bagi tubuhnya lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Nafas Anin terputus-putus seiring peluh yang bercucuran dari keningnya.
"Hunny bunny Anin lo sakit? Sini duduk dulu gue ambil minum bentar." Joyce menuntun Anin pada bangku besi yang menempel pada dinding.
"Gue engga sakit Joyce, capek aja tadi lari dari Seven Eleven sampe sini." Ujar Anin sembari mengatur nafasnya yang masih tersengal. Mengingat dari Seven Eleven sampai tempat fitness dibilang cukup jauh.
"Kenapa pucet gitu cyin?" Joyce menarik dagu Anin sehingga ia bisa melihat wajah Anin sepenuhnya.
Anin memutar bola mata dan menyilangkan kedua lengannya pada dada. "Gue engga pake make-up gara-gara panik gue telat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart
Teen Fiction"Hidup ini terlalu singkat hanya untuk biasa saja. Terlalu singkat untuk berkubang dalam kesedihan. Terlalu singkat untuk disia-siakan. Maka dari itu, gue bukannya bikin onar atau apa kok. Gue cuman bikin hidup sesingkat ini menjadi hal yang luar bi...