Bug.Bug.
Bug.
Tinjuan demi tinjuan mendarat disebuah samsak membuat samsak itu berayun kesana kemari.
Bug.
Bug.
Peluh telah membasahi wajah cantik Anin. Rambut indahnya lepek karena keringat. Suhu tubuhnya memanas. Deru nafasnya tak beraturan.
Anin mengenakan sport bra dan legging 3/4 hitam ketatnya. Kepalan tangannya terbungkus oleh sarung tinju hitam pula.
Semenjak kejadian yang menimpanya dulu, Anin mulai berlatih untuk bela diri dan sekarang ia fokus dengan tinju.
Ia ingin menyelamatkan diri nya sendiri. Tanpa diselamatkan orang lain. Tanpa disentuh orang lain. Anin tidak boleh manja dan bertergantungan.
Bug.
Satu pukulan tinju mendarat di samsak mengakhiri latihan hari ini.
Tinju meninju selain untuk menjaga dirinya, ini membuat Anin memiliki postur tubuh yang sempurna dan ideal layaknya impian para gadis lain.
Ia meneguk cepat botol minumnya dan mengelap seluruh tubuh dengan handuk kecil.
Hari ini hari ke enam Anin di skors dan ia tidak memikirkan hal itu.
"Duh laper.." Anin berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas. Ia tersenyum miris melihat isi kulkas nya hanya ada tomat dan keju.
Ia mendengus pasrah dan menelpon delivery order untuk memesan pizza berukuran besar untuknya. Anin belum makan dari kemarin.
Selagi menunggu pesanan nya datang, Anin memutuskan untuk mandi dan berendam air hangat.
Anin melucuti pakaian nya satu persatu dan ia masuk ke dalam bath tub.
Ia memejamkan mata dan menikmati sensasi hangat yang berada disekitaran tubuhnya. Wangi lavender menyeruak di kamar mandi besar ini.
"Brengsek." Anin mengumpat dan kembali mengulang kejadian di mana dirinya dengan sengaja disentuh oleh orang yang Anin saja tidak kenal.
Siapa sih? Kedua alis Anin terpaut menyatu dan keningnya berkerut tanda ia sedang berfikir. Ia tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Terakhir kali sejak kejadian dulu.
"Ganteng sih, kasar tapi." Anin memiringkan kepala nya ke kanan dan menggambarkan kembali wajah Karell di otaknya.
Ia berjanji akan membalas dendamnya pada Karell. Bagaimanapun caranya. Karell sudah melanggar tata tertib yang dibuat Anin untuk tidak se-inci pun menyentuhnya.
Anin mengedikan bahu dan mulai menyabuni diri nya dengan sabun ungu lavender.
Ia mencoba untuk tidak memikirkan Karell.
•••
Ting tong.
Bel apartemen berbunyi.
Anin sumringah dan ia lompat dari sofa malas yang ia duduki tadi. Pizza nya sudah sampai. Tidak ada yang lebih nikmat selain sebuah pizza.
Anin meletakkan 2 kotak pizza berukuran besar itu di meja dekat televisi dan segera menyambar nya.
Telpon si Bella sama Shafa ga ya? Batin Anin.
"Ah engga ah pizza gue abis nanti." Ia mulai mencabik dan mengunyah sepotong pizza pepperoni yang lezat itu.
Tapi gue bosen. Batin Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart
Fiksi Remaja"Hidup ini terlalu singkat hanya untuk biasa saja. Terlalu singkat untuk berkubang dalam kesedihan. Terlalu singkat untuk disia-siakan. Maka dari itu, gue bukannya bikin onar atau apa kok. Gue cuman bikin hidup sesingkat ini menjadi hal yang luar bi...