Biru: 6d

30 4 0
                                    

Anggap aku jahat.
Anggap juga jika aku sangat egois.
Tidak punya hati juga otak.
Anggap saja begitu.
Tapi apa kamu tahu alasan kenapa aku begitu?

Karena aku punya rasa yang ingin kuperjuangkan.

--Kim

Aku tidak pernah tertarik dengan siapa pun selama hidup. Bahkan di umurku yang menginjak angka 15 tahun, aku masih stay dengan lebel jomblo. Bukannya aku tidak laku, aku hanya pemilih. Aku tidak suka cowok yang sembarangan. Maksudku, aku tidak suka pada cowok yang hanya mengumbar janji dan kata-kata puitis penuh dusta. Aku tidak suka seperti itu, aku lebih suka pada tipe-tipe cowok yang bisa diandalkan. Gentle dan bisa kupercaya misalnya.

Lalu aku menemukan hal itu pada sosok Nash, anak sekelas yang terkenal jahil dan suka bertingkah menyebalkan di kelas. Awalnya aku risih dengan semua obrolan dan cara dia bertingkah, hingga suatu saat dia datang menolongku saat aku terjebak oleh kesendirian karena tidak dijemput. Awalnya aku ingin menolak saat cowok itu ingin mengantarku pulang. Tapi setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya, lagi pula Nash adalah teman sekelasku juga.

Berawal dari sana, aku mulai memperhatikan setiap gerak-gerik yang sering Nash lakukan. Entah itu menyanyi, atau menggoda Sumi di kelas sampai pada waktu, Nash mendekati Biru sahabatku. Awalnya aku biasa saja, karena aku kira mereka hanya terlibat hal lumrah pada umumnya. Sampai aku sadar, jika Biru sahabatku tidak akan pernah terlibat hal seperti itu dengan seorang laki-laki tanpa mempunyai maknanya tersendiri.

Seiring berjalannya waktu, perlahan kedekatan mereka membuatku curiga.

Aku sempat memergoki jika Nash diam-diam sering menyelipkan kata-kata puitis untuk Biru tanpa cewek itu sadari. Ada perasaan resah di diriku saat ingat betapa intennya Nash mengajak ngobrol seorang Biru yang tenang, pendiam dan selalu kaku jika berhadapan dengan orang baru. Kecuali denganku.

Aku tidak suka melihat mereka dekat, jujur saja aku iri. Ingin sekali rasanya mengatakan pada Biru jika aku telah suka pada sosok Nash sejak hari pertama masuk sekolah sebagai siswa resmi bertitle abu-abu. Tapi aku tidak punya keberanian. Melihat bagaimana respon Biru ketika bersama cowok itu. Andai mereka sadar, ada aku di sini yang menunggu mereka akan kepekaan soal perasaan.

Sempat aku berpikir untuk menyerah saja pada Nash saat sosok itu kembali muncul di hadapanku dengan senyum mematikan yang kuakui manis. Mengajakku untuk pulang bersama. Dan rasa sukaku ternyata tidak sedangkal yang terlihat olehku. Aku mengiyakan tanpa tahu jika setelahnya aku sakit hati. Rasa bahagiaku terkikis oleh perkataannya.

"Aku jadian dengan Biru."

Aku tidak ingin mendengar itu semua. Aku tidak suka. Rasanya sakit dan perih. Tanpa siapa pun tahu, aku menangis dalam diam di balik punggung seseorang yang tengah memboncengku. Dalam hening yang tercipta ternyata membuatku berubah.

Hampir setiap hari aku menyempatkan diri menemui Nash dengan alasan ingin belajar bersama, membuat tugas dan eskul setiap hari sabtu. Aku mengikuti setiap perkembangannya bersama Nash tanpa di sadari oleh cowok itu, aku sudah berhasil mengalihkan perhatiannya dari Biru. Meski kadang tanpa aku tahu, diam-diam Nash masih menghubungi Biru di belakangku.

Kembali aku ingin menyerah saja dengan semuanya saat Nash perlahan mulai menjaga jaraknya denganku. Semakin mendekatkan diri pada sosok Biru yang waktu itu sering terlihat bersama Dhani, siswa urakan dan langganan BK. Ya, itu hanya pikiran sesaatku sampai aku mengetahui maksud dan tujuan Nash mendekati Biru bahkan menjadikan sahabatku itu pacarnya.

Tidak lebih dari hanya sebuah permainan anak-anak jaman sekarang. Taruhan. Tapi alasan utamanya jelas hanya cowok itu yang tahu. Aku hanya mendengar jika Biru adalah objek taruhan saja.

Kalian tahu rasanya waktu itu aku ingin sekali berteriak betapa bahagianya aku mengetahui itu semua? Aku memang jahat terhadap Biru tanpa dia tahu. Aku menusuknya dari belakang. Merebut semua perhatian Nash yang ternyata hanya semu untuknya. Merebut kepercayaan semua orang dan memandangnya benci.

Aku ingin sekali melakukan segala hal agar semua orang membenci Biru, meski usahaku hanya lewat pesan singkat dengan kata-kata kasar, tapi cewek itu tidak pernah mengubrisnya. Aku kira setelah mengirimkan berbagai bukti tentang kedekatanku dengan Nash, cewek itu akan meminta penjelasan tapi aku salah. Biru tidak seperti itu, dia terlalu tenang untuk aku goyahkan.

Dan keberadaan Dhani ternyata menjadi penghalang semua yang selama ini aku usahakan agar Biru memutuskan hubungannya dengan Nash. Cowok itu yang selama ini melindunginya. Dan Biru dengan sangat bodohnya percaya pada semua omongan Dhani tanpa tahu jika cowok itu juga berbohong tentang hubungannya bersama Nash dulu.

Sampai waktu di mana ketenangan Biru perlahan menyulut emosi. Ternyata meski aku sudah menanti pertanyaan Biru, tentang statusku bersama Nash, aku malah berkata bodoh dengan menyangkalnya. Seharusnya aku jujur bukannya mengelak. Tapi satu hal yang kutahu waktu itu, Biru tidak bermaksud menohokku dengan pertanyaannya melainkan hanya sekedar ingin tahu. Dan aku dengan bodohnya malah membentak orang seperti Biru. Sungguh aku merasa sangat jahat.

Setelah kejadian itu, kembali aku menjauh, mencoba mengabaikan semua bisik-bisik orang di sekitarku. Meski aku menjalani hari bersama Nash aku merasa berbeda, sesuatu yang besar seakan menekanku. Dan ternyata benar, Biru pergi. Bukan pergi secara lahiriyah tapi secara verbal dan penglihatannya. Dia seakan menghilang. Aku merasa sangat tertekan saat itu. Setahun setelah semuanya terjadi membuatku sadar, betapa egois dan bodohnya aku meninggalkan sahabat terbaik karena sifat iri hatiku.

Aku menyesal.

Aku sempat ingin lepas tangan saat mendengar pernyataan Nash melakukan semua hal yang menyakiti Biru, tujuannya adalah Dhani. Jadi selama ini, Nash mendekati Biru karena dia tahu, Dhani tertarik pada cewek itu. Alasan klasik karena Nash benci pada sosok Dhani yang sok menjadi pahlawan bagi Biru. Hal itu tidak dapat aku terima, meski Biru sudah membenciku, tapi aku peduli padanya. Dan tanpa kutahu Nash juga menjadikanku objek balas dendamnya. Rasanya semua terasa menyakitkan.

Jadi ini karma yang harus kutanggung karen keegoisanku?

Mungkin aku mulai sadar saat tanpa sengaja menemukan Nash dan Biru di perpus waktu itu, saat di mana untuk pertama kalinya aku memikirkan perasaan orang lain selain aku. Perasaan Biru yang terluka karenaku. Karena Nash dan Dhani.

Aku benci mengakui jika hampir dua bulan belakangan, aku merasa sangat kehilangan. Hampa dan merasa sendiri meski Nash ada di sampingku. Nyatanya pikiran cowok itu sudah kembali pada Biru tanpa dirinya sadari. Dan aku sadar jika Nash memiliki perasaan nyata pada Biru tapi karena egonya sebagai laki-laki dia ingkari lebih memilih dendamnya pada Dhani.

Aku menyesal saat semua hal yang kulakukan ternyata sia-sia. Usahaku merebut Nash, gagal. Menyebar gosip tentang Biru dan Dhani ternyata tidak berjalan mulus lalu kehilangan Biru adalah kesalahan terbesarku. Maaf Biru.

Sungguh aku sangat menyesal mengingat jika dulu aku pernah berjanji untuk tidak putus persahabatan karena seorang cowok. Tapi aku malah yang mengingkarinya sendiri dengan merebut pacar Biru. Aku memang bukan sahabatnya, aku musuhnya yang bersembunyi lewat lebel sahabat itu sendiri.

Pantasnya aku dibenci, pantasnya aku dihina dan pantasnya aku diabaikan. Bahkan pantasnya aku dianggap tidak pernah ada dalam siklus kehidupannya. Aku pantas mendapatkan itu.

Aku minta maaf. Sabiru.

□■■■□

*Karena aku tahu, tidak ada yang namanya setia tanpa adanya gangguan.
Seperti pepatah yang mengatakan jika dalam persahabatan pastilah ada pertentangan.
Begitu juga dengan persahabatan kita.

Biru. End!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang