Biru: 7c

22 4 0
                                    

Ayo kita bermain peran.
Kamu jadi aku dan aku jadi kamu.
Kita tunjukkan, siapa yang lebih baik memainkan peran orang lain.
Tujuannya agar kita tahu sifat masing-masing.
Dengan bercermin pada tingkah orang lain.

_Unknow.

Lain tempat dalam satu waktu, Biru tengah membantu Dhani dan Aldi ketika dua cowok itu datang ke rumahnya dengan seruan jika mereka ingin belajar bersama. Biru jelas curiga, diantara semua hal yang mungkin bisa dijadikan sebagai alasan klasik, alasan keduanya sangatlah mustahil. Belajar? Yang benar saja, mereka anak-anak menyebalkan yang tidak akan peduli soal pelajaran apa pun. Apa pun itu, kecuali pelajaran lain.

"Jujur deh, kalian mau apa ke sini?" selidik cewek itu dengan tatapan memicing. Sedangkan kedua cowok di samping kiri dan hadapannya hanya saling lirik sebelum tersenyum gaje.

Mereka tengah duduk di lantai dan mengelilingi sebuah meja kecil yang cukup menampung semua buku dan alat tulis lain. Sedangkan tas yang mereka bawa teronggok di samping mereka duduk.

"Belajar," sahut mereka bersamaan.

"Belajar apaan dari tadi cuma nanya ini itu soal pramuka. Aku tahu kalian pasti mau nyogok aku 'kan?" Biru masih saja memicing. Membuat Dhani maupun Ali sama-sama mendengus. Tahu betul jika rencana mereka gagal.

"Tuh, Al, udah aku bilang si Biru itu susah dibohongi, masih aja keras kepala," cecar Dhani hilang akal. Sedangkan Aldi malah menyeringai. Dan Biru hanya geleng-geleng kepala. Sudah tahu tabi'at kedua orang itu.

"Yah, siapa tahu bisa aku kibuli, tapi ya, udah deh," akhirnya cowok berjaket merah itu pun menyerah dengan semua usahanya meminta bantuan Biru untuk diberi izin tidak mengikuti pramuka, "tapi Ru, si Dhani emang nggak bisa ikut, dia mah, nggak kuat jauh dari rumah. Dia 'kan anak mami yang takut terluka sedikit aja. Nanti dia nangis."

Tangan Dhani sukses mendarat di punggung sahabatnya dengan begitu keras. Menyisakan rasa nyeri di sana, "kalo ngomong suka bener ya!"

"Sakit Dhan," keluh Aldi yang tidak dipedulikan oleh Dhani.

"Udah deh," lerai Biru ketika melihat keduanya hampir saja membuat keributan di depan rumahnya. Tepatnya di teras rumah, "aku nggak bisa ngasih izin tanpa alasan yang jelas, maaf."

"Ngerti kok," keluh Aldy0i dengan bahu melorot menatap Dhani yang menyeringai padanya. Cowok itu tahu jika Dhani tetap akan bisa lolos meski tanpa bantuan Biru.

"Dan kamu jangan coba-coba memberi alasan sakit atau kawan-kawannya itu, aku udah tahu," tunjuk Biru tepat pada Dhani yang melotot karena kaget. Sedangkan Aldi malah terbahak.

Syukurin!

"Aku memang nggak bakal ikut, Ru. Maaf."

Biru menggeleng dengan keras, bersikeras akan memaksa Dhani untuk ikut pengokohan di salah satu tempat pariwisata khusus kemah, "Dhan, ini baik buat kamu."

"Sayangnya aku lebih baik nggak ikut. Aku tahu kamu pasti bisa tanpa aku."

Kenapa Biru merasa ada yang salah dengan perkataan Dhani padanya? Atau itu hanya perasaan Biru semata? Sedangkan Aldy yang tahu pasti, hanya memilih diam pura-pura sibuk dengan buku di depannya.

"Dhan, aku nggak ngerti deh kamu kenapa?" cewek itu masih tetap keukeuh dengan keras kepalanya.

"Ada beberapa hal yang harus kuurus,"jeda beberapa detik sebelum Dhani melanjutkan saat melihat Biru menatapnya inten, "okay, nanti setelah urusannya selesai, aku bakal ke sana. Tapi izinin aku dulu."

Akhinya Biru tersenyum lebar setelah mendengar penuturan Dhani membuat yang melihatnya mendengus. Baik Dhani maupun Aldi sama-sama gemas dengan tingkah Biru.

Biru. End!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang