Sembari menunggu Kaily dan Angginy berbelanja bulanan, Daisy memilih berkeliling komplek di sore hari menjelang magrib. Malam minggu kali ini mereka memutuskan untuk menginap di rumah Kaily, sebab kedua orang tua gadis itu sedang melakukan perjalanan kerja keluar kota selama tiga hari. Daisy malas ikut ke swalayan, dia lebih senang selonjoran sambil menonton, atau sekedar cari angin seperti sekarang.
Suasana komplek Kaily jauh berbeda dengan kompleknya yang terkesan sepi, bahkan jarang ada anak-anak yang keluar rumah untuk bermain. Lihat sekarang di daerah sini, ada beberapa anak laki-laki yang sedang bermain mobil-mobilan di sebuah lapangan kosong, sementara anak perempuan sedang bermain barbie dan masak-masak di sebuah halaman depan rumah. Niat sekali menggelar sebuah tikar untuk mereka duduk dengan nyaman. Ada juga seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya dalam kereta bayi, anak kecil berpipi gembul itu memakan makanannya dengan lahap.
Daisy berhenti di sebuah taman, duduk di salah satu ayunan di sana, bermain seorang diri. Surai panjangnya yang tergerai indah menari-nari riang di terpa similir angin yang berembus. Cukup menikmati segarnya udara sore di ayunan, Daisy beranjak menuju berbagai macam bunga dan tanaman hijau yang tumbuh subur di sebelah sisi kanannya. Mengabadikan mereka dengan apik menggunakan kamera ponsel, tak lupa Daisy juga mengabadikan dirinya.
Senyum lebar Daisy menciptakan bingkai wajah yang manis dan cantik, tidak bosan bagi siapa saja yang memandangnya.
"Cantiknya cewek satu ini. Siapa sih namanya? Berasa liat Malaikat deh," katanya sambil terkikik geli. Tentu saja seseorang yang dia komentari dalam foto itu adalah dirinya sendiri. Daisy tidak pernah bosan memuji apa yang ada pada dirinya. Memang sesempurna itu Tuhan menciptakan rupanya, mubazir kalau tidak sering dipuji, bukan?
Mendengar adzan magrib berkumandang, mata Daisy berbinar. Dia buru-buru melangkah menuju masjid yang sedang menyeru pada semua umat muslim untuk segera menghadap Allah, bersujud kepada-Nya untuk rasa syukur, berserah diri, meminta segala harapan, maupun berkeluh kesah. Suara adzan adalah bunyi paling indah menurut Daisy, selalu membuat jiwa dan raganya yang penuh setan julit menjadi damai.
"Ya Allah, semoga aja nanti jodoh aku yang punya suara merdu kayak gini, biar bisa menuntun ke jalan yang benar. Jangan sampai yang punya kelakuan sebelas dua belas kayak aku sekarang, nanti yang ada aku makin sesat," pinta Daisy sungguh-sungguh. Tidak terbayang jika nanti Daisy berjodoh dengan seseorang yang jalan hidupnya tidak jelas seperti dirinya. Gadis itu bergidik ngeri.
"Mungkin Malaikat bakal menunggu di pintu neraka. Tercatat atas nama Daisy Yudhistira masuk neraka jalur di atasnya dari VVIP. Bahkan setan pun akan menggelar karpet merah untuk menyambutnya, sungguh keagungan paling murka." Daisy mengusap wajahnya. Apa setragis itu hidupnya kelak di akhirat?
Sadis juga kalau dibayangkan seperti ini.
"Naudzubillah, jangan berpikir buruk, Dezy. Ingat, besi rusak karena karatnya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Alasan Mencintai Yusuf
Romance[Ini menceritakan kisah Yusuf, anaknya Adam dan Relin dalam cerita ZafinAdam] Cerita ini berkisah tentang seorang gadis berusia 18 tahun memiliki nama lengkap Daisy Yudhistira, baru saja lulus dari bangku sekolah menengah atas. Dia yang begitu pecic...