7 Alasan Mencintai Yusuf | 2

18.8K 1.2K 423
                                    

Pagi sekali ketika Kaily menyiapkan sarapan, sementara Angginy membereskan rumah, Daisy belum juga memunculkan batang hidungnya, dia lagi-lagi membuat ulah. Gadis yang sedang berjalan pincang itu sebelum subuh sudah menghilang entah ke mana, Kaily maupun Angginy sangat yakin jika Daisy kembali mengunjungi masjid untuk mendengarkan Yusuf adzan.

Ingat ya, hanya mendengarkan tanpa mau ikut sholat berjamaah di sana.

Malu-maluin.

Suka dengar adzan, tetapi sangat berat hati untuk bersujud. Meski Kaily dan Angginy juga jarang sholat, tetapi mereka tidak sekonyol Daisy.

"Aneh bin ajaib gadis pecicilan satu itu," gerutu Kaily saat memotong beberapa sosis untuk nasi goreng. Gadis pecicilan yang Kaily maksud tak lain dan tak bukan ialah Daisy Yudhistira, memangnya siapa lagi? Ngomong-ngomong, jangan heran kenapa Kaily selalu berada di balik kitchen set, memasak adalah bagian dari hidupnya. Dia akan merasa bosan jika sehari saja tidak menyiptakan satu menu.

Angginy sedang membersihkan meja makan akibat ketumpahan susu, mengangguk setuju. "Ada aja ulahnya setiap hari, heran dulu Bundanya ngidam apa."

"Sudah agak siang ini, mampir ke mana dia belum sampai rumah juga. Gue takut dia ngumpet di bagasi mobil Mas Yusuf, dia 'kan banyak akal buat hal semacam itu. Nggak ada yang mustahil bagi seorang Dezy." Kaily memikirkan ucapannya beberapa saat, lalu mengangkat bahu.

Angginy menghentikan gerakannya, menaikkan sebelah alis, "Bener juga. Dezy ajaib, hal paling konyol bagi kita pun bisa halal bagi dia, 'kan?"

"Mending lo susulin dia ke masjid dekat taman, Gy, paksa buat balik sekarang. Gue takut satu komplek heboh gara-gara kelakuan nyeleneh dia."

Kaily tiba-tiba terpikir hal tidak masuk akal yang akan dilakukan Daisy. Memaksa meminta nomor Yusuf, atau memaksa menggandeng tangan Yusuf sambil bergelayut manja?

Oh, astaga! Tidak ada yang tidak mungkin kalau itu berurusan dengan Daisy.

Baru saja Angginy akan beranjak dari tempatnya, Daisy melangkah memasuki rumah sambil melambaikan tangan. "Dezy yang cantik jelita datang. Ada yang kangen, Friends?" katanya tetap dengan percaya diri tingkat dewa, malah sering melebihi batas wajar manusiawi. Kepada siapa pun, Daisy tidak sungkan mengatakan tentang kesempurnaan dirinya. Oh jangan heran, Daisy memang minim rasa malu.

Kaily memutar bola mata jengah. "Lo kalau ke masjid yang benar dikit pakaiannya. Masa iya pakai celana tidur setengah paha gitu? Bukannya bikin Mas Yusuf suka, dia mau ngelirik lo aja nggak bakal sanggup. Tolong, jangan pakai cara kayak gini. Gue yang malu sebagai tetangga, Dez."

"Wah, parah lo remehin celana kesayangan gue." Daisy mengentakkan kaki, kemudian mengaduh karena lupa kakinya sedang sakit. "Gue meski nggak pakai baju juga tetap cantik paripurna. Semua cowok bakal gue taklukin, liat aja." Kedua tangannya menyilang di depan dada, dagunya sedikit terangkat, angkuh.

Angginy mendekat, dia mencubit lengan Daisy sampai sang empunya memekik kesakitan. "Anggi gila! Kenapa lo suka banget nyiksa gue?" teriaknya ketika melihat Angginy sudah berlalu menuju kamar mandi dapur. Tangan yang lain dia gunakan untuk mengusap agar nyeri cubitan itu sedikit mereda. Angginy memang selalu merasa gemas ingin mencubit bahkan memukul Daisy ketika melihat tingkah lakunya.

"Daripada lo ngomel dan teriak-teriak gak jelas, mending bantuin gue goreng ayam, Dez. Sini belajar masak bareng gue."

Daisy menolak tegas. "Ogah. Gue takut minyak panas, bahaya buat kesehatan kulit gue yang kinclong anti badai ini. Bisa lecet, Kai. Nggak mau, ah!"

"Eh, Bahlul! Nggak gitu juga, lebay itu namanya."

"Tetap aja gue nggak mau. Lagian gue bener-bener nggak tau caranya masak, sedikit pun. Lo ingat kan terakhir kali gue ngupas bawang, tangan gue hampir aja penggal kepotong pisau?" Daisy bergidik ngeri. Beberapa bulan yang lalu saat dia membantu Mbok Hani memasak, jari Daisy teriris dan berdarah cukup banyak. Hampir membuat sang empunya pingsan.

7 Alasan Mencintai YusufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang