"Aline!!" Anesha berlari menghampiri Aline dengan napas ngos-ngosan. Ia berhenti sejenak sebelum mengatur napasnya.
"Lo ngapain teriak-teriak di tempat umum? Malu tau nggak?" bisik Aline melihat sekeliling dengan pandangan tidak enak.
"Gue, gue ketemu Anggara!" teriak Anesha membuat Aline mau tak mau menutup mulutnya.
"Berisik, woi! Liat sikon dong."
"Habisnya, gue kan pengen lo tau apa yang baru aja terjadi sama gue." ucap Anesha mengerucutkan bibirnya.
"Lebay ih, ya udah cepet ceritain." balas Aline gemas.
"Gue ketemu dia pas lagi mau beli buku, sayangnya bukunya tinggal satu itu doang. Makanya kami rebutan, terus gue deh yang menang. Hahaha!" tawa Anesha seperti nenek sihir.
Aline menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Sahabatnya yang satu ini suka banget nyari masalah sama orang lain. Ckckck....
"Oo, jadi gitu."
"Gue kadang heran banget, nggak ke mana, nggak di mana, ketemunya sama Anggara mulu. Sekali-kali ketemu sama oppa-oppa Korea kek, artis kek, ini sih member idol bukan, artis bukan, tapi es batu. Tawar, gak ada rasanya."
"Udah ngomelnya? Kita harus pergi nih. Keburu sore." ujar Aline memotong gerutuan Anesha yang tak ada habisnya.
"Iya, cepet pulang yuk, nanti dimarahi mama." kata Anesha menarik tangan Aline menuju kasir untuk membayar buku komik, lalu beranjak pergi secepatnya.
.....
Anggara duduk di tepi tempat tidurnya dengan pandangan kesal. Ia harus kehilangan buku yang dicarinya, papanya membuat masalah lagi dengannya, ditambah harus bertemu Anesha yang sangat tidak diharapkan.
Bayangan pertengkaran dengan Henri kembali menghantui pikirannya.
"Dasar anak nggak tahu diuntung! Kamu pikir kamu bisa seenaknya sendiri selama papa tidak ada? Darimana kamu dapat uang untuk beli apartemen itu, hah?!"
"Anggara nabung pah! Anggara udah bisa cari duit sendiri! Anggara nggak mau bergantung sama orang asing lagi!"
"Ooo, jadi sekarang kamu mau bilang papa kamu ini orang asing? Iya? Nggak tahu terima kasih ya kamu! Emangnya papa nggak peduliin kamu? Emangnya papa nyiksa kamu? Nggak kan?"
"Papa nyakitin aku sama mama. Dari dulu, papa memang udah bersalah di mata aku sama mama. Ke mana papa saat mama pergi? Ke mana papa saat aku sendirian? Sama wanita jal**g itu kan?!"
"Bang**t!!" teriak Henri mengepalkan tangannya. Braak! Anggara berlari dan membanting pintu kamarnya.
Anggara memejamkan matanya, berusaha menenangkan emosinya yang kembali memanas.
Ting...ting ting ting.... bunyi notifikasi handphone terdengar bersahutan. Pasti berasal dari grup chat. Entah kenapa Anggara menjadi tertarik membuka obrolan chat yang biasanya tak pernah ia sentuh sedikitpun.
Matanya membulat saat melihat sebuah foto berupa poster untuk lomba band dan solo vokal. Pandangannya berubah seketika, seperti orang yang baru saja mendapatkan harta karun terpendam. Semenit kemudian, ia menelpon Lian.
"Halo? Ya Gar? Tumben lo nelepon gue,"
"Yan, gue harus ikut. Gue harus ikut lomba itu."
"Hah? Ikut apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggara ✔
Teen Fiction( DITERBITKAN ) Tidak semua perasaan cinta itu salah bagi setiap orang. Terkadang ada beberapa manusia yang menganggap rasa itu suatu keajaiban. Cinta bukan hanya saling peduli, tetapi juga menghargai dan menyayangi. ~ Anesha Bulan membutuhkan bint...